Insulin dilepaskan sebagai respons terhadap makanan, dengan pola sekresinya disesuaikan dengan siklus sirkadian.
Melatonin, di sisi lain, mengatur pola tidur dan diproduksi sebagai respons terhadap kegelapan, yang menandakan bahwa tubuh siap untuk beristirahat.
Gangguan dalam keseimbangan ini dapat berdampak besar pada pelepasan hormon.
Sebagai contoh, pola tidur yang tidak teratur dapat mengacaukan waktu makan, sehingga memengaruhi respons tubuh terhadap insulin.
Kerja shift, yang mengharuskan seseorang tetap terjaga di malam hari, juga dapat mengganggu produksi melatonin, yang selanjutnya memperburuk kualitas tidur dan mengacaukan ritme sirkadian.
Gangguan ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan dalam jangka pendek, tetapi juga meningkatkan risiko resistensi insulin dan membuat seseorang lebih rentan terkena diabetes.
Oleh karena itu, menjaga pola tidur yang teratur dan meminimalkan gangguan pada ritme sirkadian sangat penting untuk mendukung fungsi hormon dan pengaturan gula darah yang optimal.
Baca juga: Risiko Diabetes Pada Kalangan Muda Melonjak 70 Kali Lipat, Ketahui Cara Cegahnya!
Fakta-Fakta dalam Penelitian
Berbagai penelitian telah memberikan wawasan mengenai hubungan antara tidur dan pengaturan gula darah.
Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa bahkan satu malam kurang tidur dapat memengaruhi sensitivitas insulin pada hari berikutnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang hanya tidur selama empat jam per malam selama enam malam berturut-turut menunjukkan gangguan signifikan dalam sensitivitas insulin dibandingkan mereka yang tidur delapan jam per malam.
Penelitian lain menemukan bahwa individu yang secara teratur tidur kurang dari enam jam per malam memiliki risiko jauh lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang tidur tujuh hingga delapan jam per malam.
Temuan ini menekankan pentingnya tidur yang cukup dan berkualitas sebagai bagian dari pendekatan komprehensif untuk pencegahan dan pengelolaan diabetes.
(Tribunnews.com)