Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) usulkan pada pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk memprioritaskan masalah polusi udara di Indonesia.
Usulan ini disampaikan oleh Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama dalam Konferensi pers virtual Kongres Nasional PDPI.
"Karena kalau kita punya makanan kotor, kita bisa tukar. Sementara udara tidak bisa. Kalau udara tercemar kita tidak bisa memilih," ungkapnya dalam konferensi pers virtual Kongres Nasional PDPI ke-17 bersama dengan World Congress of Bronchology and Interventional Pulmonology serta World Congress for Bronchoesophagolog, Kamis (24/10/2024).
Polusi udara yang masih jadi masalah di sejumlah daerah ini, menurut Prof Tjandra harus segera diatasi.
Karena masyarakat tidak bisa memilih udara mana yang akan dihirup.
Agar masyarakat tetap sehat, maka salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengatasi polusi udara.
Ketika mendapatkan udara yang bersih, tentu kesehatan masyarakat akan jauh lebih baik.
Di sisi lain, Prof Tjandra yang juga merupakan seorang Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) juga menyarankan empat hal pada pemerintah saat ini.
Pertama, mengadakan rumah sakit yang disebut sebagai Hospital Emergency Plan.
Usulan ini berkaca pada pengalaman waktu pandemi Covid-19. Di mana rumah sakit kala itu mendapatkan beban yang lumayan besar.
Keberadaan Hospital Emergency Plan ini diharapkan dapat membuat lebih siap jika pandemi kembali tiba.
Baca juga: Indonesia Hadapi Polusi Sampah Plastik, Produksi 7,8 Juta Ton Limbah Setiap Tahun
Kedua, Prof Tjandra juga mengusulkan adanya layanan rumah sakit jarak jauh atau 'bangsal maya.'
"Bukan tidak mungkin, di banyak negara sudah dikenal yang disebut sebagai virtual bangsal perawatan. Bangsalnya maya saja, orangnya dirawat di rumahnya masing-masing," jelasnya.
Kemudian petugas kesehatan akan menangani secara elektronik lewat teknologi.
Ketiga, usulan soal rumah sakit tanpa dinding.
"Artinya rumah sakit ini kan punya kemampuan yang besar, yaitu dokter dan teknologi yang canggih. Sehingga mereka akan bagus kalau ikut menangani masalah kesehatan masyarakat di sekitar gedung rumah sakit," jelas Prof Tjandra.
"Bukan hanya menangani pasien yang datang ke rumah sakitnya, itu yang namanya rumah sakit tanpa dinding," sambungannya.
Keempat adalah usulan tentang wing sehat. Wing digunakan sebagai nama bangsal atau ruang rawat tertentu untuk menangani pasien sakit.
"Ini dalam hal ini kami mengusulkan, selain menangani pasien sakit, akan bagus kalau rumah sakit juga menyediakan tempat atau waktu tertentu untuk menangani orang sehat," usulnya.
Jadi kalau ada orang sehat yang ingin konsultasi, seperti ingin berhenti merokok, bisa ditempatkan di ruangan tertentu.
"Atau di wing tertentu yang disebut sebagai wing sehat. Sehingga mereka bisa datang ke situ untuk berkonsultasi," tutupnya.