Tantangan tenaga kesehatan tak hanya menyelamatkan pasien, mereka juga berjuang menyelamatkan lingkungan dengan caranya sendiri.
TRIBUNNEWS.COM – “Allah memanggil hambanya dengan banyak cara.”
Hal inilah yang menjadi kalimat pembuka seorang Rahma Ika Pratiwi (32), sanitarian di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Arif Zainudin, Surakarta, Jawa Tengah, bercerita perjalanan hidupnya dua tahun terakhir.
Pada 2022 adalah titik balik Rahma beserta tim kecilnya memulai langkah kecil untuk mendunia.
Dimulai dari masalah emisi yang menjadi ancaman nyata bagi kesehatan lingkungan, sesuai dengan bidangnya, Rahma memutar otak bagaimana mengurangi emisi dari lingkup rumah sakit.
"Sejak Pak Dirut dokter Tri Kuncoro menjabat di sini (Januari 2022), kami dituntut untuk merancang Green Hospital. Jadi tantangan sekaligus penyemangat tim sanitasi untuk berkontribusi mengimplementasikan rumah sakit ramah lingkungan, termasuk di dalamnya ada energi hingga green building," jelas Rahma ditemui di kantornya pada Jumat (1/11/2024) siang.
Babak baru itu bernama Si Gemes Oren, dengan kepanjangan Inovasi Gedung Hemat Energi Bersama Polisi Kontrol Energi. sang inisiator Rahma menyebutnya sebagai komitmen RSJD Surakarta untuk mendukung konservasi energi nasional dalam penghematan energi sebesar 17 persen pada tahun 2025.
Dengan Si Gemes Oren, rumah sakit ramah lingkungan menekan perilaku boros energi, dengan konsumsi energi awalnya mencapai 84.613 kwh/ tahun dikerdilkan konsumsinya untuk mendukung konsep energi ramah lingkungan dengan dibentuk Satuan Tugas Polisi Energi yang mengkontrol aktivitas pemantauan energi di RSJD Surakarta.
Penerapan penghematan energi di Gedung Administrasi sebesar 2,6 persen di tahun 2020 dan 3,22% di tahun 2021 dengan penurunan gas emisi GRK sebanyak 1.904,1 ton CO2 di tahun 2020 dan 2.335,52 ton CO2 di tahun 2022.
Serta menghemat Rp 2.388.600,00 untuk biaya energinya merupakan bukti bahwa Si Gemes Oren efektif dan efisien dalam menanggulangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
Dalam praktiknya, Si Gemes Oren tak hanya dilakukan oleh Rahma dan timnya semata. Melainkan perlu keterlibatan lintas sektoral seperti satpam hingga pegawai struktural rumah sakit.
Sudah terjadwal, sehari-hari mereka bergantian pagi, siang, dan malam berpatroli sebagai ‘polisi energi’. Tugasnya adalah mengontrol penggunaan listrik di gedung administrasi, gedung yang didesain berkonsep green building di mana cahaya matahari dan vegetasi menjadi bagian di dalamnya.
“Polisi energi tugasnya menjaga penghematan energi, ‘alat elektroniknya sudah dimatikan belum? Pagi, siang sampai jam 4 sore kurang 10 menit biasanya mengingatkan,” ucap dia.
Bukan asal ide, polisi energi terlahir melalui perhitungan kalkulator karbon yang hanya bisa diakses oleh RSJD Surakarta sebagai satu-satunya RS di Jawa Tengah menjadi anggota Global Green and Healthy Hospital (GGRH).
Artinya, RSJD Surakarta bisa mengetahui emisi karbon suatu rumah sakit dengan mengakses alat khusus tersebut. Melalui alat tersebut, rumah sakit dapat menghemat investasi dan non-investasi. Seperti halnya mengganti lampu dengan cahaya matahari, kampanye stiker hemat energi, hingga sosialisasi penggunaan AC di angka 24-26 derajat.
Adapun sinergitas program Si Gemes Oren menjadi awal mula tumbuhnya inovasi-inovasi Rahma dan tim, tak jauh kaitannya dengan rumah sakit ramah lingkungan.
Yakni inovasi Gandos Basah (Gandrung Dodolan Sampah, Nambah Resik lan Berkah - Gemar Berjualan Sampah, Menambah Bersih dan Berkah), inovasi Aset Dek Aza Manis (Taman Sehat dengan Berkolaborasi Pangan Bergizi Lezat Minuman Sehat dan Ekonomis), dan inovasi Pulang Rumah (Program Latihan Ulang di Rumah).
Inovasi-inovasi tersebut juga telah mengantarkan Rahma dan tim menyabet berbagi penghargaan regional, nasional bahkan internasional.
Dikenal sebagai inovator program kesehatan lingkungan, Rahma pun menjadi satu dari 10 individu terpilih untuk mengkuti program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) 2023 di Thailand pada 13 Juni 2023 lalu.
Dalam kegiatan yang digelar oeh Pemerintah Amerika Serikat itu, Rahma belajar keberlanjutan lingkungan dengan tema envirotech berupa 17 Sustainable Development Goals (SDGs), dunia harus mendukung keberlanjutan pangan, sanitasi dan konservasi air, limbah hingga mitigasi iklim.
Keikutsertaannya itu menjadi bekal spesial menambah ilmu dan semakin matang maju menatap ajang-ajang yang mengharumkan namanya menjadi Tenaga Kesehatan Teladan Nasional 2023.
Kolaborasi Menguntungkan
Selain kolaborasi demi terwujudnya ‘Polisi Energi’, Rahma juga menggagas inovasi Aset Dek Aza Manis, transformasi kesehatan untuk mendukung program SDG’s Poin ke 2 dan 13.
Program ini mengurangi emisi dengan konsep kolaborasi Healing Garden dan pemanfaatan panen yang diolah menjadi pangan dan minuman sehat bernutrisi tinggi.
Dalam perawatannya menggunakan pupuk buatan sendiri (kompos dan cair) diharapkan mampu mendukung Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi 3,81% di tahun 2030.
Jejak emisi karbon sebesar 43.097,42gr/jam dapat dipangkas dengan penambahan vegetasi sehingga surplus 29.876,02gr/jam dengan penurunan jejak emisi karbon sebesar 5,6% serta menghemat Rp 86.388.600 pertahun untuk biaya produksi pangan pasien merupakan bukti bahwa inovasi ini efektif dan efisien dalam mengurangi produksi jejak karbon.
Demikian merupakan kolaborasi menguntungkan dari tim sanitasi, green hospital dan tim Gizi yang masih terus beranjut hhingga kini.
Kolaboras tersebut berupa subtitusi silang dengan tim sanitasi memberikan hasil kebun seperti sayuran kol, pokcoy hingga buah-buahan misal kabotcha dan anggur.
“Saat ini bisa mensubtitusi bagian tim Gizi, belum mengcover semua kebutuhan. Tapi yang penting keberlanjutannya bisa membuktikan bahwa menurunkan emisi ini ga harus yg ribet kok,” papar perempuan kelahiran Ponorogo.
Aset Dek Aza Manis pun mengantarkan Rahma dan tim memeroleh Juara 1 Kategori Green Hospital PERSI AWARD 2023 dan Predikat Excellent Award PERSI Award 2023.
Rahma kemudian menggagas transformasi net zero emission (nze) dengan mendirikan healing garden concept.
Konsep tersebut diciptaan dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi stress pada pasien rumah sakit jiwa.
Dikatakannya, layanan kolaborasi manfaat jasa lingkungan dan pelayanan terapeutik pasien untuk mendukung program SDG’s Poin ke 2(Zero Hunger),6(Clean Water and Sanitation),7(Affordable and Clean Energy) dan 13(Climate Action).
Manfaat jasa lingkungan melalui program pengurangan emisi dengan konsep Healing Garden dan pemanfaatan hasil panen yang diolah menjadi pangan dan minuman bernutrisi serta dalam perawatannya menggunakan pupuk buatan sendiri diharapkan mampu mendukung Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi 3,81% di tahun 2030.
Selanjutnya menjadi media penyembuh stress release yang ditunjang dari unsur lingkungan dan nutrisi pangan yang sehat. Produksi emisi rumah sakit yang terukur dengan kalkulator Karbon GGHH setiap tahunnya menjadikan RSJD Dr. Arif Zainudin menjadi Green Hospital yang mampu menyumbang standar produksi emisi rumah sakit di Indonesia dan menjadi bahan mitigasi perubahan iklim global.
Jejak emisi karbon sebesar 43.097,42gr/jam dapat dipangkas dengan penambahan vegetasi sehingga surplus 29.876,02gr/jam dengan penurunan jejak emisi karbon sebesar 5,6% serta menghemat Rp.86.388.600 pertahun untuk biaya produksi pangan pasien.
“Pasien biasanya duduk-duduk, senam dan mendengarkan musik olahraga kecil sebagai wahana healing garden pasien, ada juga batu-batu untuk pijat refleksi, konsep vegetasinya untuk menambah terapetic pasiennya, buah warna warn bikin adem, unsur terapetic ada untuk pasien, wahana rekreasi pasien,” kata Rahma.
Layanan Healing Garden berhasil membawa pasien merasa nyaman dan puas karena selain hilangnya stress, pasien memiliki bekal konsep ekonomi sirkuler yang dapat diulang kembali melalui Aplikasi SANCAKA saat dirumah. Healing Garden untuk Terapi Pasien
Psikolog Universitas Muhammadiyah Surakarta, Lusi Nuryanti, M.Si., PhD., mengatakan, ada pengaruh lingkungan hijau terhadap kesehatan mental masyarakat.
“Beberapa penelitian menunjukkan hasil tersebut. Misalnya, studi yang dilakukan di Bekasi yang menunjukkan bahwa lingkungan hijau membantu menurunkan tingkat depresi masyaraka,” ungkapnya diwawancarai pada Senin (4/11/2024).
Lusi menyebut, sejumlah faktor bisa mempengaruhi proses penyembuhan orang dengan gangguan psikologis. Faktor-faktor ini dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu faktor internal dan eksternal.
Yang termasuk faktor internal di antaranya: jenis gangguan psikologis, berat ringannya gangguan, kepribadian klien atau pasien sebelum mengalami gangguan, usia, cepat tidaknya ditangani, dan kepatuhan untuk mengikuti terapi atau minum obat untuk yang sudah berat.
Sementara faktor eksternal di antaranya: dukungan dari keluarga dan orang-orang disekitarnya, pengobatan atau terapi yang dilakukan, besarnya tekanan dari lingkungan, lingkungan tempat hidup (apakah nyaman atau menyebabkan stress), dan lain-lain.
Doktor lulusan Leeds Beckett University, UK ini tak menampik lingkungan hijau banyak tanaman memberikan suasana yang menenangkan, menentramkan, tidak hanya bagi orang dengan gangguan psikologis tetapi juga untuk orang-orang tanpa gangguan.
Menurutnya, lingkungan seperti ini dapat membantu menurunkan stress karena dapat memunculkan rasa senang dan tenang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bau-bauan alam, pepohonan, bau tanah, dan juga suara-suara alami seperti cicitan burung atau binatang lain, dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan psikologis masyarakat.
Merasa dekat dengan alam membantu orang-orang untuk menurunkan stress, yang pada akhirnya membantu penyembuhan dari gangguan psikologis mereka.
“Namun tentu saja perlu diperhatikan bahwa terapi ini harus juga dilakukan bersama terapi lain yang dibutuhkan,” katanya.
Sudah sejak lama beberapa rumah sakit jiwa menggunakan kegiatan jalan-jalan di taman dan aktivitas berkebun untuk membantu pasien gangguan jiwa berat yang sudah menjalani masa rehabilitasi.
Aktivitas berkebun teruji melalui banyak penelitian dan praktek di lapangan, dapat membantu para pasien gangguan jiwa dapat lebih cepat kembali dapat berbaur dengan lingkungan mereka.
Lusi menjelaskan, berkebun dapat membantu meningkatkan kesehatan mental dalam 2 aspek: pertama, berkebun menghubungkan kita dengan alam dan kecantikan alami pepohonan di sekitar kita; dan kedua, berkebun juga dapat menjadi media kita untuk terhubung dengan orang lain.
Berkebun membuat pasien bisa bertemu orang lain, belajar berkomunikasi dengan pasien dan perawat, dan memiliki bahan untuk berbincang. Hal ini tentu berdampak baik bagi kesehatan mental mereka.
Menanggapi rumah sakit jiwa menggunakan psikologi lingkungan sebagai salah satu tindakan terapi pasie, Lusi memaparkan, praktik ini sudah diterapkan sejak lama bahkan oleh rumah sakit umum.
“RSJ yang sudah tua hampir selalu memiliki halaman yang sangat luas dan ditanami banyak pepohonan dan taman, misalnya RSJ Magelang yang kebunnya sangat luas. Hal ini sangat membantu pasien untuk mendapatkan ketenangan sekaligus menjaga kesehatan mental para dokter, perawat, dan semua pegawai di RSJ tersebut,” terangnya.
Di sisi lain, dewasa ini penelitian dan praktek intervensi berbasis alam semakin maju dan makin banyak diterapkan secara global berdasarkan pendapat Lusi.
Hal ini menunjukkan bahwa terapi berbasis alam makin diterima dan dinilai efektif.
Pun juga tidak terlepas dari keprihatinan masyarakat akan kerusakan lingkungan yang massif.
Kerusakan lingkungan akhirnya berdampak negatif juga ke masyarakat, misalnya dengan makin banyaknya bencana akibat kerusakan alam.
Misalnya, banjir, tanah longsor, dan kekeringan yang diakibatkan oleh penggundulan hutan secara serampangan.
Di perkotaan, masalah banjir banyak disebabkan oleh tidak adanya lagi area resapan air karena areal sudah penuh dengan pemukiman.
“Tentu saja, bencana-bencana tersebut berdampak pada menurunnya kualitas hidup masyarakat, dan dapat menjadi faktor risiko masalah-masalah psikologis di masyarakat, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan stress berat,” analisisnya.
Perjuangan Berkelanjutan
Lembaran kehidupan seorang Rahma tak habis titik pada kisahnya sebagai abdi negara atau ASN RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta. Sebagai tenaga kesehatan dengan gelar Magister Kesehatan Lingkungan, ia memiliki tanggung jawab moral untuk berbagi.
Langkah sebagai pengajar akhirnya ia coba salami kendati periodic. Yakni dengan mengikuti proram Praktisi Mengajar dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.
Bukan main, empat kelas di empat daerah ia satroni lewat kuliah daring untuk menyebarluaskan ilmu kesehatan lingkungan pada akhir 2023 dan awal 2024.
Di antaranya Universitas Baiturahmah Padang, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, hingga Universitas Ivet Semarang.
“Saya tidak ingin berhenti di sini, kesehatan lingkungan ini harus aplikatif, saya butuh untuk membagikan imu saya, selain itu mengenalkan RSJD Solo dengan konsep healing garden yang bisa ditularkan ke rumah sakit lain, karena kalau cuman 1 rumah sakit nonsense untuk pengurangan emisi, tapi kalau semua rumah sakit bersama-sama (hemat energi), target pemerintah juga akan cepat tercapai,” jelasnya.
Pada pertengahan tahun 2024 ini, Rahma pun seperti mendapat rentetan rejeki yang saling berkaitan satu sama lain.
Kendati tidak jatuh tiba-tiba dari langit, berkah tersebut datang dengan usaha dan jerih payah Rahma.
Informasi pendaftaran petugas kesehatan haji 2024 dari Kementerian Kesehatan cepat-cepat ia pelajari.
Ibu satu aak ini akhirnya mengikuti seleksi yang menyajikan serangkaian tes tak gampang lantaran teman nakesdan (Tenaga Kesehatan Teladan) angkatannya tak lolos.
Sampai pada tiket keberangkatan digenggam, Rahma berangkat pertenahan Mei bersama Kloter 1 rombongan Jemaah calon haji hendak ke Tanah Suci.
“Alhamdulilah sampai visa jadi, berangkat sebagai petugas haji di bagian food and sanitation security, keamanan pangan dan sanitasi per 14 Mei sampai 15 Juli, 2 bulan di sana,” terangnya bahagia.
Sebagai petugas haji di bidang kesehatan lingkungan, tugas berat ia emban lantaran harus mengcover seluruh Jemaah haji Indonesia di Mekkah bersama empat rekan lainnya.
Ada dua tugas utama berdasarkan penempatan, pertama di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) dan yang kedua keliling Mekkah untuk melakukan inspeksi kepada penyedia-penyedia makanan.
Di KKIH, Rahma pernah bertugas untuk melakukan pengawasan sanitasi dan pengontrol makanan.
Dirinya memastikan bahwa sanitasi di KKIH benar-benar sehat, aman, dan limbahnya terkelola dengan baik serta terhindar dari hal-hal yang menyebabkan keracunan.
Konkritnya, Rahma bersama tim mengetes sampel makanan untu dicicipi serta dengan organo labtic.
Waktu pengecekannya juga tak sembarangan, yakni tiga kali sehari setiap pukul 03.00 pagi, 11.00 siang sebelum makanan didistribusi, dan sebelum makan malam.
“Sehari 3 kali kita ngecek makanan sesuai ga, padaha ada 159 katering dulu harus dicek juga,” ungkapnya.
Lalu tim lainnya berkeliling Mekkah yakni jemput bola mengunjungi katerin-katering yang ada.
“Keliling seluruh Mekkah, harus kuat”.
Tiada hentinya Rahma mengucap syukur atas jalan yang telah diberian Yang Maha Kuasa kepadanya.
Ibadah haji yang merupakan panggilan ini ternyata berlaku untuknya berlatar belakang tenaga kesehatan. Tak lupa ia berterima kasih kepada keluarga, tim dan pimpinan di RSJD Surakarta atas dukungan selama ini.
“Alhamdulikah bisa menyelesaikan ibadah haji sebagai petugas haji, perasaan Masya Allah, siapa sangka jadi petugas haji, tidak mengira,” bebernya.
Ke depan, Rahma mengusung misi untuk tetap menjunjung kesehatan lingkungan sesuai minat, keahlian dan pekerjaannya. Misinya yakni ingin menghitung kadar emisi rumah sakit karena tidak semua rumah sait tahu dan menghitung hal itu.
Lulusan pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya tersebut berharap, inovasi dan perjuangan semakin banyak ditelurkan oleh tenaga-tenaga sanitasi di luar saa yang menurutnya masih menyimpan ide cemerlang.
“Nah pasti kalua nantinya teman-teman sanitasi atau RS mau berinovasi lebih pasti memiliki sumbangsih untuk menuju Indonesia emas dan mencintai lingkungan. Ayo jangan malu berekspresi,” harapnya.
Daftar Prestasi Rahma Ika Pratiwi dan Tim Sanitasi RSJD Dr Arif Zainudin Surakarta:
-
Juara 2 Persi Award 2022
-
YSEALI 2023
-
Tenaga Kesehatan Teladan di Rumah Sakit 2023 Tingkat Provinsi Jawa Tengah
-
Tenaga Kesehatan Teladan Nasional 2023 Kategori Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Daerah dari Kementerian Kesehatan
-
Juara Harapan 1 dalam Kategori Corporate Social Responsibility dengan judul Inovasi Gandos Basah (Gandrung Dodolan Sampah, Nambah Resik lan Berkah - Gemar Berjualan Sampah, Menambah Bersih dan Berkah)
-
Juara 1 dalam Kategori Green Hospital dengan judul Inovasi Aset Dek Aza Manis (Taman Sehat dengan Berkolaborasi Pangan Bergizi Lezat Minuman Sehat dan Ekonomis di RSJD Dr Arif Zainudin Provinsi Jawa Tengah)
-
Juara 3 dalam Kategori Health Services during Crisis dengan judul Inovasi Pulang Rumah (Program Latihan Ulang di Rumah)
-
Juara 2 dalam Kategori Healthcare Workers Wellbeing dengan judul inovasi Pelatihan Psikologi Positif untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Perawat di RSJD Dr. Arif Zainudin Provinsi Jawa Tengah.
-
Peraih Excellent Award yaitu penghargaan bagi inovasi/makalah terbaik dari 8 kategori lomba yang dinilai berdampak luas bagi perumahsakitan) untuk Inovasi Aset Dek Aza Manis (Taman Sehat dengan Berkolaborasi Pangan Bergizi Lezat Minuman Sehat dan Ekonomis di RSJD Dr Arif Zainudin Provinsi Jawa Tengah).
(***)