Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Metode deteksi dini kanker serviks dengan self sampling atau mengambil sampel mandiri dapat jadi solusi meningkatkan minat perempuan dalam skrining kanker serviks.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi dalam peluncuran percontohan skrining kanker leher rahim dengan HPV DNA.
"Self sampling kita sendiri yang ambil sampel. Mungkin nanti diajarin sama petugas, kalau ambil sendiri tidak malu. Itu yang akan dicoba dari sisi kenyamanan apakah self sampling bagus karena banyak yang mau, apakah ini berlaku di Indonesia, tantangan hambatannya apa," ungkapnya di Jakarta, Kamis (29/11/2024).
Nadia ungkap kebanyakan perempuan masih malu atau tidak mau melakukan skrining kanker serviks karena tidak nyaman, atau tidak ada persetujuan dari suami.
"Karena kadang-kadang rasa tabu, malu masih ada itu yang bikin masyarakat kita ga mau periksa," lanjut Nadia.
Kondisi ini membuat perempuan tidak mengetahui apa yang terjadi pada tubuhnya.
Sehingga sering kali penderita kanker serviks baru mendapatkan penanganan ketika memasuki stadium lanjut dengan harapan hidup hanya dua sampai tiga tahun.
Pilot projek self sampling untuk deteksi dini kanker serviks yang dilakukan Roche dan USAID Momentum di Jawa Timur ini, kata Nadia, bisa menjadi upaya untuk membantu program Kementerian Kesehatan dalam rangka mengeliminasi kanker serviks di Indonesia.
Nadia juga mengatakan kolaborasi dengan berbagai pihak diperlukan untuk menekan angka kematian akibat kanker leher rahim yang mencapai 70 persen.
Selain itu gabungan deteksi dini dan vaksinasi juga diharapkan dapat menekan biaya pengobatan kanker leher rahim dan meminimalisir lesi pra kanker.
Baca juga: WHO Tambahkan Vaksin HPV Penggunaan Dosis Tunggal untuk Cegah Kanker Serviks
Kemenkes pun meyakini dengan memperluas cakupan, dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya skrining.
Rutin melakukan deteksi dini, angka kematian yang tinggi akibat kanker leher rahim bisa diturunkan.
"Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan seluruh pemangku kepentingan sangat penting agar semakin banyak perempuan dapat mengakses layanan yang mereka butuhkan,” tegasnya.
Sebagai informasi, Roche Indonesia bersama dengan USAID MOMENTUM dan Bio Farma akan memulai percontohan model hub and spoke dengan membuka akses skrining HPV DNA bagi perempuan di Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo menggunakan metode self-sampling.
Program dengan target skrining sekitar 5.500 wanita di wilayah perkotaan Surabaya dan 1.300 wanita di wilayah pedesaan Sidoarjo.
Target ini mewakili 75 persen cakupan wanita berusia 30-69 tahun di wilayah tangkapan fasilitas yang ditargetkan.
Kegiatan ini juga mencakup kegiatan pelatihan bagi tenaga kesehatan, mengoptimalkan metode mobilisasi wanita untuk melakukan skrining.
Serta memaksimalkan pencatatan dan pelaporan yang saat ini sudah berjalan dalam program skrining.
Baca juga: Kanker Serviks Kerap Muncul Tanpa Gejala, Kapan Seharusnya Lakukan Pap Smear?
Roche Indonesia akan memberikan dukungan untuk penempatan instrumen cobas 5800 dengan 6.500 alat tes pengumpulan mandiri HPV DNA.
Sementara untuk konsep spoke, Roche melakukan instalasi sistem LightCycler PRO.
Bio Farma akan menyediakan 1.300 buah cerviscan kits–diagnostik kit dengan sampel yang diambil dari hapusan leher rahim untuk mendeteksi virus HPV berisiko tinggi terhadap kanker leher rahim.