News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bocah Bunuh Ayah dan Nenek di Jakarta

Bisikan Gaib dalam Kasus Remaja di Jaksel, Psikiater: Gejala Gangguan Jiwa karena Multifaktor

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) kasus anak berinisial MAS (14) membunuh ayah dan neneknya di Taman Bona Vista Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu (30/11/2024) sore. (Annas Furqon Hakim/TribunJakarta.com)

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Kasus remaja 14 tahun yang membunuh ayah dan nenek di Lebak Bulus, Jakarta Selatan turut mendapat sorotan dari psikiater.

Psikiater dr.Lahargo Kembaren,SpKJ mengatakan, bisikan gaib yang ditengarai jadi pemicu bukanlah perkara mistis atau gaib.

Baca juga: Misteri Motif Anak Bunuh Ayah dan Nenek di Lebak Bulus, Ada Fakta Baru, Isi Hp hingga Pengakuan MS

Bisikan yang didengar tanpa ada sumber adalah halusinasi.

Halusinasi ditandai dengan gangguan persepsi panca indra, mendengar suara suara bisikan, melihat bayangan, mencium bau bauan, merasa ada sesuatu di kulit dan di lidah, yang semuanya tidak ada sumbernya.

Halusinasi menunjukkan ada gangguan jiwa psikosis.

"Psikosis adalah gangguan jiwa yg ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk membedakan mana yang nyata dan tidak nyata," tutur dia ditulis di Jakarta, Senin (9/12/2024).

Baca juga: VIDEO Bocah Bunuh Ayah dan Nenek di Lebak Bulus: Pengakuan Soal Bisikan Gaib dan Saya Sakit

Ia menuturkan, selain halusinasi tanda dan gejala dari gangguan psikosis yaitu delusi atau waham, gangguan perilaku dimana seseorang menarik diri dari lingkungan sosial, perubahan mood seperti cemas, sedih, khawatir yang berlebihan, pikiran kacau ditandai dengan sering curiga, sulit fokus dan berkonsentrasi, banyak bengong, serta berbicara berulang ulang, malas bicara, ngomong tidak nyambung.

Penyebab dari gangguan psikosis adalah adanya gangguan keseimbangan zat kimia di dalam saraf otak.

Tim Inafis megevakuasi sebuah kandang diduga berisi sugar glider dari rumah tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan yang dilakukan anak di bawah umur, MAS (14) terhadap ayah dan neneknya, di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu (1/12/2024).  (Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami)

Gangguan keseimbangan ini bisa terjadi bila ada kelelahan fisik dan psikis disertai kapasitas mental yang kurang baik.

"Faktor genetik. Mereka yang memiliki anggota keluarga yg memiliki masalah atau gangguan jiwa lebih rentan atau berisiko untum terkena psikosis terdapat stres yang berat dalam kehidupan sehari hari, masalah kehidupan, konflik yang tak terselesaikan, keinginan yang tidak tercapai, kekecewaan, kehilangan seseorang yang disayang, kemarahan yang terpendam dan lainnya," jelas Lahargo.

Penggunaan narkoba atau napza, benturan di kepala, perubahan hormon pada wanita yang mengandung dan melahirkan juga bisa menjadi penyebab terjadinya psikosis.

Dokter Lahargo menegaskan, psikosis bukan sesuatu yang dibuat buat atau terjadi karena pola asuh yang buruk tetapi multifaktor.

Psikosis merupakan penyakit yang harus diobati,  bukan hal yang gaib, sehingga bisa disembubkan dan diobati.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini