Setelah dinyatakan lulus ia mengikuti pembekalan di Jakarta dan kemudian ditempatkan di RS tipe B di Gorontalo.
“Memang seperti CT Scan, kebetulan saya kemarin sudah ibu kota pemekaran, di kota Gorontalo, rumah sakit tipe B-nya itu tapi CT Scan hanya ada satu dan itu sering kali bermasalah. Itu keterbatasan alat. Jadi memang selalu harus diperhatikan juga ya,” harap dia.
Dokter Andreas mendukung program Kemenkes untuk memenuhi kekurangan dokter spesialis di Indonesia.
“Saya rasa sangat-sangat positif program pemerintah, karena memang luar negeri juga dokter spesialis juga sudah hospital based. Supaya tidak terjadi sentralisasi di kota-kota besar, dokter itu langsung dari pendidikan spesialisnya langsung ke daerah, jadi bisa membangun daerah juga. Kalau semua dikirim ke ujung kota, tentunya kota akan semakin padat,” kata dokter Andreas.
Menkes Budi G. Sadikin mengapresiasi kepulangan para dokter WNI yang telah berkarir di luar negeri.
“Terima kasih kepada teman-teman dokter adaptan yang sudah sabar mencintai Indonesia. Terima kasih telah mau kembali ke Indonesia,” tutur Budi.
Mantan dirut Bank Mandiri ini berharap dokter spesialis lulusan luar negeri yang mengikuti program adaptasi terus bertambah.
Tahun depan, dirinya menargetkan sekitar 100 dokter spesialis bisa mengikuti program ini.
Keuntungan PSIM Yogyakarta Bungkus Marko Simic dari Persija Jakarta: Ada 3,1 Tak Dimiliki oleh Rakic
PSIM Yogyakarta-Persela Lamongan Yakin Tak Lirik 2 Primadona Eks Persija & Persis? Ini Keuntungannya
Terkait sistem dan proses pendaftaran, Menkes menegaskan bahwa Kemenkes akan terus meningkatkan layanan menjadi lebih cepat dan transparan.