Seperangkat gamelan ini khusus dimainkan saat perayaan Sekaten.
Gamelan Sekati yang disimpan di Bangsal Trajumas Keraton, saat perayaan Sekaten akan diusung ke area Masjid Gedhe Kauman, kemudian gamelan akan ditabuh secara bergantian.
Pertama, Gamelan Gunturmadu yang akan ditabuh kira-kira dibunyikan selama dua jam, kemudian berpindah ke Gamelan Nagawilaga.
Gamelan akan dibunyikan selama tujuh hari, yakni pada 6 Mulud (Tahun Jawa) sampai 12 Mulud, sejak pukul 8 pagi hingga pukul 12 malam, dan akan berhenti saat memasuki waktu sholat.
Pada zaman dahulu, momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW dijadikan oleh para Wali untuk menyiarkan agama Islam.
Para Wali membunyikan Gamelan untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia yang saat itu menyukai gamelan.
Saat masyarakat sudah berkumpul, para Wali akan berdakwah mengenai agama Islam.
Hingga akhirnya, kini tradisi tersebut disebut Sekaten.
7 Fakta Unik Sekaten Jogja dan Solo
Tradisi Sekaten, selain mempunyai sejarah tekait perkembangan agama Islam di Pulau Jawa, juga mempunyai fakta-fakta unik yang jarang diketahui oleh banyak orang.
Sekaten hanya diadakan oleh Keraton Jogja dan Keraton Solo.
Dilansir dari berbagai sumber, Tribunnews merangkum fakta-fakta unik tentang Sekaten Jogja dan Solo.
1. 'Sekaten' dari Bahasa Arab
Nama Sekaten merupakan adapatasi dari istilah Arab 'syahadatain' yang artinya dua kalimat syahadat.