Seusai memberikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Konfederasi Serikat Nusantara (KSN) 2018, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri menyempatkan diri berkeliling Kota Karawang dengan menaiki mobil VW Safari.
Tanpa sungkan Menaker Hanif langsung menyupiri mobil jadul warna putih itu ditemani Wakil Bupati Kabupaten Karawang, Jimmy Ahmad Zamakhsari, Presiden KSN Mukhtar Guntur Kilat, dan Sekjen KSN Ruhyat.
Kemudian, iring-iringan rombongan pun menyempatkan diri makan di Warung Bakso Yatmi yang cukup terkenal di Karawang dan bernyanyi bersama dengan pengamen jalanan.
Kehadiran Menaker Hanif mendapatkan respon hangat dari ribuan para serikat buruh/pekerja yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Nusantara (KSN) yang sedang menggelar Rakornas 2018.
Dalam sambutannya, Menaker Hanif mengungkapkan beberapa hal yang terkait dengan gambaran gerakan serikat buruh/serikat pekerja di Indonesia. Salah satunya fenomena menurunnya jumlah pekerja yang ikut berserikat tapi di sisi lain jumlah federasi dan konfederasi meningkat.
"Ini cukup aneh. Di awal era reformasi ada 9 juta pekerja yang berserikat, tapi sekarang tersisa 2,7 juta pekerja yang berserikat. Yang menarik struktur organisasi buruh di Indonesia tumbuh kuat ke atas. Tapi, basisnya keropos," kata Menaker Hanif di Karawang, Jawa Barat pada Sabtu (21/4/2018).
Dikatakan Hanif, saat ini, jumlah konfederasi ada 14 dari sebelumnya 3 dan federasi ada 120 dari sebelumnya 91.
"Padahal di Amerika saja yang disebut bapaknya negara demokrasi cuma ada 1 konfederasi," kata Menaker Hanif.
Jumlah Pimpinan Unit Kerja (PUK) juga menurun. 7 tahun lalu ada sekitar 14 ribu PUK sekarang hanya tersisa 7 ribu PUK. Padahal perusahaan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan jumlahnya sekitar 400 ribuan. Logikanya harus ada 400 ribuan PUK.
"Dari data ini saya ingin mengatakan SP/SB kita basisnya keropos. SP/SB kita kekuatan politiknya lemah karena keanggotaannya merosot, karena PUK nya merosot. Tapi struktur elitnya bertambah. Jadi bisa disimpulkan pergerakan itu terjadi di lapisan elit," kata Menaker Hanif.
Makanya, lanjut Menaker Hanif, akhirnya federasi dan konfederasi menjadi semakin banyak. "Malam harinya berantem paginya deklarasi konfederasi baru. Malam harinya berantem paginya deklarasi federasi baru. Malam harinya berantem paginya deklarasi PUK yang baru. Begitu seterusnya," ungkap Menaker Hanif.
Menaker Hanif menilai, tolok ukur berhasil atau tidaknya pergerakan buruh ada dua, yakni dilihat dari jumlah perusahaan yang memiliki serikat pekerja dan jumlah buruh yang masuk dalam serikat pekerja. Jumlah buruh yang masuk ke serikat pekerja, harusnya semakin bertambah. Tapi, faktanya di Indonesia malah berkurang.
"Fenomena ini perlu dipertanyakan. Apakah SP/SB sudah dapat memenuhi ekspektasi anggotanya atau hanya dijadikan alat politik bagi elitnya. Saya ingin ini menjadi evaluasi dan refleksi bagi teman teman di KSN. Apa yang kurang dari gerakan buruh," kata Menaker Hanif.
"Pantas saja makin sedikit buruh berserikat, makin sedikit PUK, karena pengusaha sering melakukan union busting. Itu alasan buruh. Sedangkan pengusaha bilang, tentu saja jumlah buruh berserikat menurun, PUK menurun, karena pimpinan serikatnya terlalu banyak main politik. Akhirnya satu sama lain cuma menyalahkan. Kini saatnya kita masing-masing melakukan evaluasi, melakukan refleksi," kata Menaker Hanif.
Menaker Hanif menegaskan, hal ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi SP/SB seluruh Indonesia termasuk bagi KSN. Peran organisasi pekerja/buruh diharapkan tidak melemah karena berbagai kepentingan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan anggota.
"Dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang konkrit dari SP/SB untuk mengatasi persoalan menurunnya jumlah pekerja yang berserikat," ujar Menaker Hanif. (*)