Anda sudah pernahliburan di resort terbaik nomor 3 Asia? Yang masuk kelompok 17 besar dunia? Yang family friendly? Layanan penuh senyum? Punya konsep back to nature? Kalau belum, baiknya Anda agendakan liburan keTelunas Resort di Karimun, Kepri. Di sini, Anda tidak hanya mendapatkan experience. Ada transformasi yang juga bisa Anda dapatkan setelah berlibur di sana.
“Kami memang sedang mengarah ke transformasi. Goalnya, ada perubahan perilaku dan sikap setelah berlibur di Telunas,” tutur Michael Schubert, Co Founder @Island Connection International (Telunas Resort).
Telunas memang tak hanya menawarkan panorama resort yang menawan. Tidak hanya menawarkan pasir putih, bangunan serba kayu atau kalau beruntung, bisa lumba-lumba sirip merah jambu. Lebih dari itu, ada perubahan sikap positif yang bias dibawa pulang ke negaranya masing-masing. Orang yang super cuek bias menjadi sangat perhatian. Yang pendiam bisa ceria. Semua tamu bisa lebih menghargai hidup.
“Konsepnya ada interaksi antarmanusia. Di Telunas wisatawan kami ajak main pingpong di atas pasir. Main voli. Trekking. Membuat kerajinan dari tangan. Bahkan berinteraksi dengan masyarakat sekitar pulau,” tambah pria asal Amerika Serikat itu.
Dengan menggabungkan konsep ekowisata, resort ini akhirnya bias bernafaspanjang. Sebanyak 96% tamunya berasal dari mancanegara. Saking okenya, Telunas sampai pernah dikukuhkan sebagai hotel favorit wisatawan ketiga se-Asia dan 17 dunia. Penghargaan ini pernah diberikan oleh TripAdvisor, situs perjalanan terbesar dunia pada 2012 silam. Saat ini, menjadi hotel nomor 1 di Provinsi Kepri menurut TripAdvisor.
“Waktu grand opening Pantai Telunas 14 tahun silam, ada tamu yang berkomentar tempat seperti ini hanya bertahan dua tahun. Setelah itu tutup. Alhamdulillah, setelah lebih 14 tahun kami justu makin berkembang. Resortnya ada di dua pulau berbeda. Karyawan yang awalnya hanya 13 orang menjadi 165,” timpal Direktur COD Telunas, Idaman Laoli.
Resort di dua pulau berbeda? Dengan sasaran market sama-sama wisman? Bukankah akan blunder? Bisa saling membunuh? Apalagi resort yang satu lagi pantainya pendek? Berkarang? Hanya 20 meter dari pantai laut sudah dalam? Desain resortnya pun semua terbuat dari kayu. Jauh dari kesan glamor. Tak ada televisi. Tak ada wifi. Semua tamu hanya dihibur oleh laut, alam, budaya dan kuliner Melayu serta staf yang ramah.
“Tapi, dengan konsep yang sesuai kebutuhan pasar, justru bisa berkembang. Malah bisa sinergi di antara keduanya. Yang penting semua dikelola secara profesional. Kalau dikelola profesional, pulau-pulau lain di Kepri bias menjadi potensi besar untuk berkembang. Contohnya kami. Dengan dua resort yang saling berhadapan di dua pulau yang tidak terlalu jauh, kami malah bias saling bersinergi. Bisa berkembang. Bahkan menyumbang Rp4 miliar untuk PAD pariwisata Karimun per tahun. Itu nominal tertinggi untuk PAD pariwisata di Karimun,” tambahnya.
Ada dampak positif untuk masyarakat. Ada juga dampak positif untuk tamu. Masyarakat dididik untuk mandiri. Bukan orang yang selalu meminta. Karyawan diberi pelatihan membuat perabot. Diberi keterampilan. Hasilnya? Semua barang bekas bisa dibuat menjadi kerajinan tangan yang sangat artistik. Kayu bekas, ranting pohon sampai kayu yang mengapung di laut, bias disulap jadi karya seni bernilai mahal.
“Sekarang kami tidak harus mendatangkan semua dari Jepara atau Bali. Tutup lampu, meja, kursi, pot, sampai cinderamata, sebagian besar diproduksi sendiri oleh karyawan,” papar Idaman.
Manajemen keuangan juga ikut diajarkan. Pola menabung mulai dibiasakan. “Selama belasan tahun kami memberikan bantuan sewa boat untuk siswa SMP dan SMA. Tapi perubahannya tidak signifikan. Setelah itu kami beri pelatihan manajemen kepada staf kami. Diajarkan mengelola uang. Sekarang, sudah lebih dari 30 orang yang bisa memperbaiki dan membangun rumah. Bahkan ada beberapa yang membuka tabungan pendidikan,” urai pria yang hobi olahraga itu.
Skill Bahasa Inggris untuk warga sekitar pulau juga makin oke. Makin mumpuni. “Ada satu dusun yang minta kami untuk ajarkan kursus Bahasa Inggris. Saya menantang mereka untuk memiliki kursus dengan menyediakan tempat, papan tulis, spidol, mengumpulkan anak-anak, sampai menyediakan tempat tidur dan makanan untuk guru. Mereka sanggupi itu. Sejak Maret 2018, sudah jalan dua kali seminggu untuk tiga kelas. Siswanya ada 20,” terang Idaman.
Rentetan cerita positifnya bertambah panjang seiring munculnya ide pembuatan desa wisata. Lokasinya di sekitar tempat kursus Bahasa Inggris. Gotong royong mulai dilakukan tiga kali sebulan. Dusun dibersihkan.
“Next-nya kami akan ajak tokoh masyarakat setempat ke Benan. Itu desa wisata yang cukup berhasil di Lingga. Harapannya, semua bias belajar bagaimana membuat desa wisata di wilayahnya,” tambahnya.
Dampak untuk tamu? Juga positif. Kisahnya sangat menyentuh. Sangat menginspirasi. “Beberapa tahun lalu ada seorang siswi Singapore American School yang sangat kaya raya. Waktu pulang ke rumah, dia berubah total. Dia membersihkan rumah, menyambut tamu, belajar memasak, dan semua dilakukan dengan senyum,” kenang dia.
Kisah ini diketahui Idaman dari info yang diberikan orangtua siswi tadi. Yang membuatnya berubah ternyata simpel. Perubahannya muncul saat menginap dua hari di desa dekatTelunas.
“Ibu yang menerima dia hidupnya sederhana. Tidak punya kasur, sofa atau kursi. Tapi dia melayani siswi tadi dengan sungguh-sungguh dan penuh senyum. Yang tersirat, hidupnya sangat bahagia. Sejak saati tu, siswi tadi memutuskan untuk melayani orang lain seperti ibu itu. Masih ada ratusan cerita seperti ini yang didapat selama 15 tahun. Jadi, yang ingin bertransformasi, silakan dating keTelunas Resort,” ajak Idaman.
Realita ini membuat MenparArief Yahya makin bersemangat mengembangkan ecowisata. Dia menilai, Kepri sudah punya modal dasar yang sangat oke. Ada 2.408 pulau besar dan kecil yang bias disinggahi wisatawan dari negeri tetangga. Belum lagi panorama alam bawah laut yang mempesona. Dari mulai Anambas, Pulau Abang, Pulau Petong, Pulau Hantu hingga Pulau Labun, semuanya menyimpan keindahan bawah laut yang wow. Wisatawan bisa bebas leluasa mengeksplorasi makhluk laut berwarna-warni dan terumbu karangl angka.
“Planet/Alam, People/Masyarakat, Prosperity/Kesejahteraan dan Purpose/tujuan yang saya sebut 4P harus diperhatikan. Ini rumus pengembangan pariwisata yang terbaik. Ingat, semakin dilestarikan, akan semakin menyejahterakan. Wisatawan zaman now tidak hanya sekedar berkunjungkedestinasi, tapi juga terlibat menjaga lingkungan, budaya, juga berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Travel, enjoy, respect!,” jelas Arief Yahya, menteri yang berhasil membawa Kemenpar nomor 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryOfTourism2018 se-Asia Pasifik itu. (*)