Pria berkumis yang mengenakan kaus biru itu nampak tengah memanen kelapa sawit. Ia menggunakan sebuah sabit yang dikaitkan pada sebuah tongkat panjang, sekitar 2 meter panjangnya.
"Warga sangat senang dengan adanya perbaikan jalan produksi desa karena sangat membantu petani sawit membawa hasil panen ke luar. Petani sawit tidak perlu lagi mengeluarkan biaya langsir atau biaya angkut," kata Zulkarnain.
Selain itu, Manajer Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Jaya Sentausa, Ponco Sugeng Hartono, menilai pembangunan jalan produksi pertanian juga berdampak positif terhadap perekonomian warga desa.
Menurutnya, para petani kelapa sawit dapat menyejahterakan keluarganya. Terutama karena tak ada lagi biaya langsir yang dikeluarkan.
"Pengaruh benar itu (jalan produksi, - red). Kelapa sawit kan jadi produk unggulan di Desa Kota Bani. (Dampak positif) bisa menyejahterakan keluarganya, menyekolahkan (anak-anak para petani kelapa sawit) di Jawa," kata Ponco.
Salah satu sumber pendapatan desa Kota Bani yang sangat berdampak kepada peningkatan kesejahteraan warganya adalah pengelolaan kebun kelapa sawit milik desa seluas 14 hektar.
Kebun desa ini telah berhasil menyerap tenaga kerja lokal serta memberikan pemasukan bagi kas desa sebesar Rp. 245.000.000 di tahun 2017 dan Rp. 135.000.000 per September 2018.
Sebagian hasil dari kebun desa ini dikelola oleh BUMDes Jaya Sentausa dan sebagian lagi dimasukkan ke kas desa untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa Kota Bani.
Tak hanya untuk menunjang aktivitas ekonomi warga desa, Dana Desa juga digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup warga desa, melalui pembuatan saluran pemukiman, sarana ibadah, posyandu, pos kamling, PAUD serta drainase.
Sementara itu, para nelayan di Desa Kota Bani juga diberikan bantuan alat tangkap berupa jaring lobster sehingga nelayan tidak perlu lagi meminjam alat tangkap dari pihak ketiga, yang berdampak pada peningkatan harga jual lobster.
Tak heran, Desa Kota Bani menjadi desa mandiri nomor 1 di Propinsi Bengkulu, karena berhasil mengelola sumber pendapatan sehingga masuk dalam kategori desa mandiri yang mampu menghidupi warga desanya sendiri. (*)