Pembangunan ini merupakan kelanjutan dari program sebelumnya yang dibangun tahun 2016 sebanyak 21.000 SR dan tahun 2010 sebanyak 3.366 SR. Seluruh program pembangunan Jargas di Tarakan menggunakan APBN melalui penugasan Pemerintah kepada PGN.
“Kementerian ESDM memprioritaskan. Kota-kota yang ada gasnya. Kota yang tidak ada gasnya harganya tidak semurah dengan kota yang ada gasnya,” ujar Arcandra.
Proyek jargas Tarakan tahun 2018 ditargetkan rampung dalam waktu 141 hari sejak dimulai pada Agustus lalu dengan total investasi proyek senilai Rp 48,5 miliar.
Hingga akhir Oktober 2018, pembangunan fisik telah mencapai 23,42%. Realisasi itu terbilang cukup cepat, karena target pada Oktober tercatat 12,52%. Adapun pembangunan akan meningkat tajam di akhir proyek (S-curve).
Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Dilo Seno Widagdo menyampaikan jargas di Tarakan akan mengalirkan gas bumi yang berasal dari Pertamina EP dan Medco.
Pelayanan tersebut akan menyasar pemukiman hingga Rusunawa. “Dengan tambahan infrastruktur ini, PGN bisa membantu warga Tarakan untuk menikmati pasokan energi yang efisien dan aman,” kata Dilo.
Hingga akhir tahun 2018, Pemerintah melalui APBN akan merealisasikan total sambungan jargas hingga 325.710 SR. Dana APBN harus digunakan untuk membangun sesuatu yang memang dibutuhkan oleh masyarakat, salah satunya program pembangunan jaringan gas. Prioritas bagi rumah sederhana, rusun sederhana, dan daerah-daerah yang jauh lebih membutuhkan penghematan.
Pemerintah setiap tahunnya akan terus menambah pembangunan jaringan gas bumi rumah tangga, sehingga semakin banyak masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, merasakan manfaat besar menggunakan gas bumi, mulai dari lebih efisien, mudah, praktis dan mengalir 24 jam penuh tanpa takut kehabisan. (*)