Destinasi wisata Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, sukses memukau peserta famtrip asal Nordik, sebutan untuk negara-negara di kawasan Eropa Timur dan Atlantik Utara. Eksplorasi Tanjung Puting dilakukan 22-24 April 2019.
Famtrip diikuti 14 peserta, 8 diantaranya adalah TA/TO besar di kawasan Nordik. Ikut bergabung juga 6 media dengan asal Belgia, Norwegia, dan Denmark.
Deputi Bidang Pengebangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya mengungkapkan, pasar Nordik memiliki minat besar pada alam.
“Rangkaian famtrip berjalan sukses. Para peserta sangat terpesona dengan eksotisnya destinasi Tanjung Puting. Selama ini, wisatawan Nordik sangat tertarik dengan Natural Wonders. Dan, Tanjung Puting ini sesuai dengan karakter mereka,” ungkap Nia.
Secara geografis, Taman Nasional Tanjung Puting masuk wilayah Seruyan dan Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Tanjung Puting memiliki luas 415.040 Hektare. Rinciannya, 300.040 Hektare untuk Suaka Margasatwa. Ada juga Hutan Produksi dengan luas 90 Ribu Hektare, lalu 25 Ribu Hektare kawasan perairan.
Dengan 8,33% kawasan perairan, TN Tanjung Puting punya banyak sungai. Sebut saja Sungai Sekonyer, Kumai, dan Air Hitam. Untuk destinasi wisatanya, seperti Tanjung Harapan, Camp Pondok Ambung, Pondok Tanggui, dan Camp Leakey.
“Ada banyak experience yang ditawarkan oleh Tanjung Puting bagi para pengunjung. TN ini sangat kaya dengan flora dan faunanya, khususnya Orangutan,” kata Nia.
Primata menjadi daya tarik utama TN Tanjung Puting. Di sini ada 38 jenis mamalia. Dari angka itu, 7 diantaranya sangat familiar. Ada Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus), Bekantan (Nasalis Larvatus), dan Owa Kalimantan (Hylobates Agilis). Ada juga Beruang madu (Helarctos Malayanus), Rusa Sambar, Kijang Muncak (Muntiacus Muntjak), hingga mamalia air Duyung (Dugong Dugong).
“Terkait dengan famtrip, program ini dikemas sangat menarik. Peserta diberi space luas mengekplorasi eksotisnya Tanjung Puting. Mereka bergerak menyisir kawasan Tanjung Puting. Ada beragam aktivitas yang dijalankan peserta selama 3 penyelenggaraan famtrip,” tegas Nia lagi.
Memulai start dari Jakarta, peserta famtrip lalu bergerak menuju Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Mereka memakai jalur air menuju Kumai, dan dilanjutkan ke Camp Leakey.
Leakey menjadi camp konservasi dan rehabilitasi Orangutan. Aktivitas yang bisa dinikmati itu feeding Orangutan dan proses konservasinya. Area ini juga menjadi situs penelitian berbagai hal terkait Orangutan.
Aktivitas lain peserta famtrip adalah Rimba Eco Lodge. Bergerak memakai boat menuju Camp Tanggui, area ini juga menjadi feeding station ke-2. Perjalanan pun berlanjut menuju Camp Tanjung Harapan. Petualangan peserta makin lengkap dengan menyusuri Sungai Sekoyer karena alamnya eksotis. Mereka lalu singgah ke Kampung Sungai Sekoyer untuk menikmati aktivitas living culture masyarakatnya.
“Alam dan budaya kawasan Tanjung Puting dieksplorasi semuanya. Setelah program famtrip selesai, TA/TO asal Nordik bisa mulai menjual paket wisata ke Tanjung Puting. Paketnya berupa Natural and Adventurous Wonders. Sebagai awal, paket ini akan didistribusikan ke negara-negara peserta famtrip,” jelas Asdep Pengembangan Pemasaran II Regional IV Kemenpar Agustini Rahayu.
Kawasan Nordik memiliki potensi besar sebagai tambang wisman. Nordik berpotensi sebagai kontributor sebanyak 24,3% dari target Wisman Eropa lainnya tahun ini. Angka riilnya sekitar 780.000 orang wisatawan dari negara Eropa lainnya, di luar fokus pasar Eropa.
Target tersebut sebanding dengan realisasi wisman tahun lalu. Sepanjang 2018, pergerakan wisatawan Eropa mencapai sekitar 2 Juta orang. Angka ini naik 1,76% dari 2017 yang mencapai 1,9 Juta orang wisatawan.
“Program famtrip sangat efektif untuk penguatan branding. Program ini juga memberi ruang lebih bagi para TA/TO untuk mengembangkan paket wisatanya. Kami optimistis, pergerakan wisatawan Eropa ke Indonesia akan naik. Khususnya, wisatawan Nordik menuju Tanjung Puting. Selain atraksi, aksesibilitas dan amenitas di sana sangat bagus,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. (*)