"Bengkayang berbatasan langsung dengan Malaysia – Serawak. Maka masyarakat di perbatasan khususnya Suku Dayak memiliki rumpun suku yang sama dengan masyarakat Negara Malaysia – Serawak.
Dengan rumpun dan budaya yang sama ini, maka akan lebih mudah mendatangkan masyarakat Serawak masuk ke Bengkayang," ujar Rizki.
Diketahui, ada beberapa rumpun Suku Dayak yang memiliki hubungan kekerabatan antar dua negara di perbatasan Indonesia – Sarawak ini. Antara lain Suku Dayak Bidayuh, Suku Dayak Bakati Lara, Suku Dayak Iban dan Suku Dayak Kanayant. Dari beberapa Suku Dayak tersebut, dan Suku Dayak Bidayuh.
"Mereka memiliki hubungan kekerabatan yang sangat kental. Hal ini secara historis dan diakui bersama bahwa situs nenek moyang (leluhur) Suku Dayak Bidayuh berasal dan berada di wilayah Indonesia," ungkap Rizki.
Adella Raung menambahkan, even ini juga sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat di perbatasan Kabupaten Bengkayang – Indonesia melalui target pengeluaran wisman (Serawak-Malaysia) dan wisnus saat kunjungan.
"Juga meningkatkan kerjasama kepariwisataan strategis antara Indonesia – Malaysia untuk percepatan pencapaian target kunjungan wisata nasional," pungkasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, hubungan harmonis kedua negara benar-benar sangat terasa. Selain pergerakan masyarakatnya, ada banyak institusi yang terlibat. Hal ini tentu sangat bagus bagi masa depan Bengkayang secara menyeluruh.
"Sehingga terjadi lonjakan signifikan arus masuk wisatawan Malaysia. Sebab, jumlah peserta sangat banyak. Selain berbagai kegembiraan, kami yakin akan ada perbaikan ekonomi signifikan," ujar Menpar Arief Yahya. (*)