Kasubid Bidang Pengembangan Destinasi Area I Kemenpar, Andhy Marpaung juga seirama. Dia mengatakan, potensi homestay di Simeulue sangat besar. Demand-nya sangat tinggi.
"Di sepanjang garis pantai, ada banyak turis asing yang terlihat enjoy menikmati ombak dan pantai di Simeulue. Crowdnya sudah ada. Opportunity-nya sudah tercipta. Ada pengembangan diversifikasi produk pariwisata selain wisata bahari, yang menambah atraksi wisata di Simeulue dalam konsep desa wisata. Ini akan mendorong pengelolaan homestay yang memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan," tuturnya.
Respons Menteri Pariwisata Arief Yahya juga sangat positif. Baginya, homestay desa wisata punya potensi luar biasa untuk memajukan pariwisata di Simeulue, Aceh.
“Saya selalu berawal dari akhir. Berangkat dari target 20 juta wisman di 2019. Untuk menuju target itu, harus menggunakan cara apa? Bagaimana? Kapan? Mengapa harus menggunakan cara itu? Dimulai kapan dan darimana?” tukas Arief Yahya.
Kebetulan, pembangunan homestay tidak membutuhkan biaya tinggi. Konsepnya bisa menggunakan low-cost tourism (LCT).
“Simpel. Ciptakan attraction, access, dan accommodation yang terjangkau dengan memanfaatkan kelebihan kapasitas yang ada. Bangun sebanyak mungkin homestay di desa-desa wisata di Simeulue. Cost-nya pasti murah karena harga penyewaan homestay sangat terjangkau dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh masyarakat,” ucapnya. (*)