Solid itu kompak, bersatu, bersama-sama. Harus ada keinginan kuat untuk maju bersama-sama. Tidak boleh lagi terkungkung oleh silo-silo atau kotak-kotak birokrasi. Harus Indonesia Incorporated.
“Musuh kita bukan kita, musuh professional kita Thailand, musuh emosional kita Malaysia. Kita berjuang bersama-sama untuk mengalahkan mereka, yang sudah lama jauh mengungguli kita,” sebut Menpar Arief Yahya.
Speed itu persis seperti yang disampaikan berulang-kali oleh Presiden Jokowi. “Kita tidak boleh terkungkung dalam suasana comfort zone, kemapanan, yang bikin miskin inisiatif, miskin inovasi, ide-ide segar dan lambat. Pinjam istilah Andy Grove, pendiri Intel, only paranoid survive. Maka terus mencari cara untuk melompat lebih tinggi, berlari lebih cepat,” jelas Arief Yahya.
Smart itu harus lebih pintar, dan untuk menjadi lebih pintar gunakan cara yang tidak biasa, yakni digital. Selain itu, Arief Yahya juga selalu menggunakan benchmarking, melihat di belahan dunia lain, yang sudah sukses dan berhasil. Dia terpikir pada kata-kata Albert Einstein: “Orang biasa itu belajar dari kesalahan diri sendiri, sedangkan saya belajar dari kesalahan orang lain,” tirunya.
Itulah mengapa progres di semua lini Pariwisata Indonesia saat ini sangat cepat. Empat Destinasi Super Prioritas lain juga dilakukan dengan cara yang cerdas, yakni dipantau dengan Transformer Project Management System. Ketua Tim Percepatan 10 Bali Baru, Hiramsyah Sambudhy Thaib menjelaskan capaian per tgl 12 Juli 2019 adalah 114,10%.
“Ada 8 destinasi mencapai target di atas 100%, 2 destinasi kurang dari 100% yaitu Danau Toba dengan pencapaian 98.60% dan Borobudur dengan pencapaian 95.09%. Tetapi kami yakin, progress akan terus dipercepat, karena dibantu oleh semua stakeholder yang ada, karena ini terkait dengan banyak pihak, yang saat ini saling support” ungkap Hiramsyah.
Dia juga langsung ngebut, menindaklanjuti 6 arahan Presiden Jokowi dalam Ratas Pengembangan Destinasi Wisata Prioritas, 15 Juli 2019 lalu. Yakni, tata ruang, infrastruktur pendukung Pariwisata, pembenahan pelabuhan, kesiapan SDM, atraksi wisata dan promosi pariwisata secara besar-besaran yang terintegrasi.
Tugas yang diberikan Tim Percepatan 10 Bali Baru ini ada dua besar, pertama sebagai project management system, dan kedua sebagai system integrator, terhadap destinasi itu.
Nusa Dua untuk menjadi seperti sekarang, membutuhkan lebih dari 30 tahun. Mandalika dan Tanjung Lesung, itu juga sudah dimulai lebih dari 20 tahun lalu. Karena itu apa yang sudah dilakukan dengan 4 destinasi super prioritas saat ini sudah merupakan lompatan yang luar biasa cepat.
Tiga destinasi sudah berstatus Badan Otorita Pariwisata, yakni Danau Toba, Borobudur dan Labuan Bajo. Sedang Mandalika sudah lebih dulu menjadi KEK Pariwisata yang dikelola oleh ITDC.
“Tugas Badan Otorita adalah mengelola zona otoritatif, yang dimiliki saat ini. Juga menjadi integrator, di area koordintif, misalnya Danau Toba dengan 8 Kabupaten di Danau Toba, 2 provinsi di Borobudur, 1 Labuan Bajo dan Pulau Flores,” ungkap Hiramsyah.(*)