TRIBUNNEWS.COM, KOLAKA TIMUR - Indonesia menyimpan banyak potensi berharga, satu diantaranya adalah potensi lahan pertanian khususnya persawahan di Sulawesi Tenggara. Potensi berharga tersebut apabila dikelola dan dikembangkan dengan baik bisa menjadi salah satu penyangga ketersediaan stok pangan nasional atau yang dikenal dengan swasembada pangan.
Untuk mewujudkannya, satu per satu sarana dan prasarana dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), salah satunya adalah Bendungan Ladongi. Bendungan yang berlokasi di Kabupaten Kolaka Timur tersebut akan menjadi bendungan pertama di Sulawesi Tenggara.
Baca: Bertemu Menteri PUPR, Mentan Bicara Karet dan Irigasi
Kabupaten Kolaka Timur yang terbentuk pada tahun 2013 merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Kolaka, jaraknya kurang lebih 120 kilometer di sebelah barat Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari. Jika ditinjau dari letak infrastruktur dan geografisnya, Kabupaten Kolaka Timur mempunyai luas Daerah Irigasi (DI) yang cukup luas dan potensi air di Sungai Ladongi yang cukup baik untuk mendukung pertanian.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Hari Suprayogi menjelaskan bahwa Bendungan Ladongi nantinya dapat menampung air sebanyak 45 juta meter kubik yang akan mengairi daerah irigasi existing seluas 2212 hektar dan daerah irigasi pengembangan seluas 1392 hektar. Selain itu, Bendungan Ladongi juga akan memasok air baku sebesar 0,12 meter kubik per detik untuk Kecamatan Ladongi dan Kecamatan Tirawuta, juga untuk pengendalian banjir, PLTMH sebesar 1365 KWH, dan objek pariwisata di Kabupaten Kolaka Timur.
Baca: Kementerian PUPR Perlu Dana Rp 2.000 Triliun, untuk Apa Saja?
Sebagai pengendali banjir, Bendungan Ladongi akan mereduksi banjir sebesar 132 meter kubik per detik dari total debit banjir yang ada hampir 1.500 meter kubik per detik di Sungai Konaweha
Ini merupakan salah satu solusi yang dilakukan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui BWS Sulawesi IV Kendari untuk meminimalisir dampak akibat banjir, seperti yang terjadi pada bulan Juni 2019, di mana hujan dengan intensitas tinggi yang melanda beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara, berdampak pada meluapnya Sungai Konaweha dan anak sungai lainnya, yang mengakibatkan banyak desa di Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, dan Kota Kendari tergenang air.
Bendungan Ladongi juga memiliki keunikan yaitu bendungan pertama di Indonesia yang berdiri di atas batuan metamorf. Batuan jenis ini merupakan bebatuan yang sangat rentan (rapuh) bila terkena sinar matahari dan udara, sehingga fondasi suatu bangunan bisa lemah.
Untuk mengatasinya, BWS Sulawesi IV Kendari pun melakukan beberapa rekayasa teknik pada beberapa bagian bendungan yang telah disetujui oleh Komisi Keamanan Bendungan, seperti grouting, concrete protection, dan masih banyak lagi. Jadi, tantangan tersebut dapat terselesaikan dengan aman.
Kepala BWS Sulawesi IV Kendari Haeruddin C. Maddi turut menambahkan bahwa bendungan tersebut merupakan salah satu upaya Ditjen SDA untuk menyiapkan Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi swasembada pangan di Indonesia. “Kami berusaha sebaik mungkin agar pekerjaan Bendungan Ladongi bisa dipercepat penyelesaian pembangunannya yaitu sebelum bulan Oktober 2020,” tuturnya yakin.
Bukan itu saja, Haeruddin menambahkan bahwa akan ada dua bendungan lagi yang segera menyusul, yaitu Bendungan Ameroro dan Pelosika. “Untuk bendungan Ameroro sedang dalam tahap pelelangan, dan awal 2020 akan dilaksanakan pembangunan konstruksinya, sedangkan Bendungan Pelosika secara readiness criteria sudah siap, dan tahun 2020 akan dilakukan pembebasan lahan secara bertahap,” jelas Haeruddin.
Dengan hadirnya bendungan-bendungan ini, diharapkan ikut meningkatkan semangat para petani agar lebih giat mengelola lahan pertanian yang ada sehingga hasil produksinya bisa mendukung ketahanan pangan di negeri ini. (*)