TRIBUNNEWS.COM - Industri manufaktur di Indonesia dinilai telah memiliki daya saing yang cukup kuat dalam menghadapi persaingan pasar global. Hal ini seiring dengan upaya implementasi teknologi industri 4.0 di sejumlah sektor yang memacu inovasi dan produktivitas.
“Salah satu aspek dalam strategi dan kebijakan Kementerian Perindustrian, yaitu peningkatan daya saing melalui penerapan revolusi industri 4.0,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto pada koferensi virtual bertema Unleashing the Industry 4.0 Potentials for Boosting Innovative SMEs in Indonesia, Rabu (16/12/2020).
Kepala BPSDMI menyebutkan, berdasarkan Industrial Development Report 2020 yang dirilis United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menempati urutan ke-38 dari total 150 negara dalam peringkat Competitive Industrial Performance (CIP) Index tahun 2019. Capaian tersebut naik satu peringkat dibanding tahun 2018 yang berada di posisi ke-39.
“Keberhasilan ini membuat Indonesia masuk ke dalam kategori Upper Middle Quintile dan memiliki peringkat lebih tinggi dibanding India yang berada pada level ke-39, kemudian Filipina pada peringkat ke-41, dan Vietnam dengan urutan ke-43,” ungkapnya.
Eko optimistis bahwa Indonesia dapat terus memperoleh peringkat CIP Index yang lebih tinggi pada tahun-tahun mendatang apabila diiringi dengan upaya peningkatan daya saing yang lebih efektif dan strategis di sektor industri. “Maka itu, Kemenperin telah menyusun peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai komitmen pemerintah dalam mendorong adopsi teknologi yang lebih masif pada sektor industri manufaktur di tanah air sehingga bisa lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,” tuturnya.
Saat ini, terdapat tujuh sektor prioritas yang diakselerasi untuk menerapkan digitalisasi, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan. “Ketujuh sektor prioritas ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan PDB industri, peningkatan ekspor industri dan peningkatan penyerapan tenaga kerja industri,” tegas Eko.
Lebih lanjut, beberapa kegiatan yang telah dilakukan Kemenperin dalam mempercepat implementasi industri 4.0 di Indonesia, antara lain menyusun indeks untuk mengukur tingkat kesiapan industri dalam bertransformasi menuju industri 4.0, yang disebut Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), dan merumuskan pembentukan ekosistem industri 4.0 (SINDI 4.0).
INDI 4.0 merupakan tools untuk mengukur kesiapan transformasi menuju Industri 4.0, sedangkan SINDI 4.0 merupakan ekosistem Industri 4.0 yang ditujukan untuk membangun sinergi dan kolaborasi antar pihak guna mempercepat proses transformasi industri 4.0, koordinasi antar pihak dalam proses tansformasi industri 4.0, maupun membangun jejaring dan kerja sama antar pihak dalam akselerasi proses transformasi industri 4.0. “Perusahaan telah mulai bergabung dalam ekosistem dan merasakan manfaatnya,” jelas Kepala BPSDMI.
Berikutnya, penunjukan perusahaan percontohan atau lighthouse nasional dalam transformasi industri 4.0. “Pada konferensi ini ditampilkan dua perusahaan lighthouse nasional yang juga penerima award INDI 4.0, yaitu PT. Akebono Brake Indonesia dan PT. Indolakto,” imbuhnya. Kedua perusahaan tersebut diharapkan mampu menjadi contoh bagi sektor industri manufaktur lainnya di dalam negeri untuk dapat mengambil manfaat positif dari penerapan industri 4.0.
Selain itu, dalam rangka percepatan adopsi industri 4.0 di tanah air, Kemenperin juga tengah membangun Pusat Inovasi Digital dan Pengembangan SDM Industri 4.0 (PIDI 4.0) yang diharapkan menjadi solusi satu atap penerapan industri 4.0 di Indonesia dan Jendela Indonesia 4.0 kepada dunia.
“PIDI 4.0 akan memberikan gambaran dan pengalaman kepada industri dalam proses transformasi sepanjang rantai nilai, membantu dan mendampingi industri dalam proses transformasi, serta menjadi ekosistem bagi para stakeholder industri 4.0. Fasilitas PIDI 4.0 ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri dan penyedia teknologi dalam implementasi industri 4.0,” Eko menerangkan.
Managing Director Digitalization, Technology and Agri-Business UNIDO, Bernardo Calzadilla-Sarmiento menyampaikan, UNIDO terus berupaya membentuk revolusi industi yang inklusif dan berkelanjutan dengan membangun kemitraan yang kuat dan multisektor. Untuk mewujudkannya, UNIDO mempromosikan transformasi digital, memperkuat sistem inovasi, serta memanfaatkan kemitraan untuk investasi, transfer pengetahuan, dan teknologi. “Selain itu, kami juga memperkuat sektor bisnis melalui peningkatan kualitas, standar, dan produksi yang cerdas,” ujar Bernardo.
Kerja sama Indonesia-UNIDO
Untuk mempercepat transformasi industri 4.0, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk organisasi internasional. Peningkatan kerja sama internasional tersebut, misalnya dilakukan oleh Pemerintah RI dengan UNIDO.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Dody Widodo menyebutkan, kerja sama Pemerintah Indonesia dan UNIDO, salah satunya telah menginisiasi pertemuan Regional Conference on Industrial Development (RCID) pada tahun 2018 yang menghasilkan dokumen kesepakatan antara negara di Kawasan Asia Pasifik, yaitu Bali Agenda on Industry 4.0 yang juga berisikan delapan poin strategi implementasi industri 4.0.
Saat ini, kerja sama Indonesia-UNIDO diimplementasikan melalui dokumen Indonesia-UNIDO Country Programme 2016-2020 dan akan segera berakhir pada bulan ini. Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk menyusun proyek-proyek yang lebih strategis dan tepat sasaran untuk mengambil manfaat sebanyak-banyaknya terutama dalam implementasi industri 4.0 di Indonesia.
“Selain itu, sesuai dengan strategi dan kebijakan Kemenperin, proyek-proyek tersebut dapat berfokus pada pengembangan kualitas pelaku IKM agar dapat menghasilkan produk dengan daya saing yang tinggi serta pengembangan kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan di era industri 4.0,” ujar Dody.
Oleh karena itu, Kemenperin terus mendorong implementasi kerja sama Indonesia-UNIDO yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) maupun Sustainable Development Goals (SDGs) dan turut mengutamakan kepentingan serta kebutuhan industri dalam negeri.
“Sinergi tersebut kemudian diimplementasikan melalui proyek kerja sama Country Programme yang fokus pada empat komponen, yaitu poverty reduction, energy for all, environment and cleaner production, serta partnership and sustainable development,” sebut Dody.
UNIDO Representative for Indonesia, Esam Alqararah menyampaikan, UNIDO merasa bangga menjadi lembaga internasional pertama yang bekerja sama dengan Pemerintah RI terkait dengan Industri 4.0. Pihaknya berharap kemitraan ini dapat mendukung kebijakan serta meningkatkan kapasitas teknis bagi pembangunan industri yang selaras dengan tujuan SDGs. “Bagi UKM, kami juga yakin bahwa Industri 4.0 dapat berperan dalam mengurangi dampak COVID-19,” ujarnya. (*)