TRIBUNNEWS.COM – Keberhasilan bantuan budidaya ikan sistem bioflok di berbagai daerah menjadi bukti keberhasilan adopsi teknologi masyarakat terhadap salah satu program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Salah satu penerima bantuan program budidaya ikan sistem bioflok yakni Sekolah Luar Biasa (SLB) Bhakti Luhur Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat yang telah berhasil melakukan panen perdana ikan lele sistem bioflok program bantuan KKP, yang disalurkan melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin pada tahun 2020.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengungkapkan bahwa dengan penyebaran program bantuan budidaya ikan sistem bioflok yang semakin meluas, semakin banyak pula masyarakat yang tertarik untuk menggali ilmu melalui pelatihan daring maupun berguru langsung kepada penerima bantuan maupun kepada penyuluh dan pembimbing teknis di lapangan.
“Hal ini tentunya menjadi sebuah target jangka panjang KKP agar terus mempopulerkan keberhasilan teknik budidaya ikan sistem bioflok kepada masyarakat, hingga melahirkan pelaku usaha budidaya ikan yang mandiri," ucap Slamet.
Slamet juga menyarankan kepada pelaku usaha budidaya sistem bioflok yang telah berhasil agar tidak cepat berpuas diri dan dapat terus meningkatkan kompetensi serta mengembangkan potensi usaha.
“Bisnis akuakultur memiliki prospek yang sangat luas untuk dikembangkan, untuk itu pembudidaya diharapkan dapat terus tumbuh dalam menjalankan bisnis ini. Misalnya seiring dengan peningkatan produksi, pembudidaya dapat memproduksi benih secara mandiri atau menghasilkan pakan ikan secara mandiri dengan mengikuti kaidah pembenihan maupun pembuatan pakan ikan yang baik,” lanjut Slamet.
Menurut Slamet, masih banyak kelompok masyarakat di berbagai penjuru Indonesia yang memiliki potensi untuk dapat menjadi produsen ikan budidaya yang andal serta memiliki kegigihan dalam menjalankan usahanya. Untuk itu Ia menyarankan agar masyarakat tak ragu untuk dapat mengajukan proposal bantuan apabila memiliki kriteria tersebut demi kemajuan daerah dan bersama.
“Penyaluran program bantuan yang diberikan oleh KKP diharapkan menjadi stimulus kepada pelaku usaha budidaya agar dapat mengembangkan usaha menuju kemandirian dan kesejahteraan bersama” imbuh Slamet.
Sementara itu Kepala BPBAT Mandiangin, Andy Artha Oktopura menyebutkan bahwa budidaya ikan sistem bioflok banyak menarik minat masyarakat karena berbagai keunggulan yang dimiliki seperti minim penggunaan lahan dan hemat air hingga ramah lingkungan.
“Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas budidaya ikan sistem bioflok ini juga memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi karena pertumbuhan ikan yang lebih cepat dan tingkat kelulusan hidup yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan budidaya ikan secara konvensional” ujar Andy.
Andy juga menambahkan bahwa BPBAT Mandiangin membuka peluang sebesar-besarnya kepada masyarakat yang ingin berguru kepada tim teknis yang ada di BPBAT Mandiangin melalui berbagai kanal pembelajaran baik secara daring maupun secara tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan yang baik.
“Kami siap untuk selalu hadir melaksanakan fungsi di masyarakat sebagai pembimbing teknis guna memajukan perikanan budidaya dan kesejahteraan masyarakat” tutup Andy.
Sebagai informasi, pada tahun 2020 BPBAT Mandiangin telah menyalurkan bantuan budidaya ikan sistem bioflok kepada 61 Kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) pada 30 Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya dengan total nilai bantuan senilai Rp10,6 miliar.
Sr. Lidwina Rosmawaty Rumahorbo, ALMA selaku Kepala Sekolah SLB Bhakti Luhur Nanga Pinoh menghaturkan terimakasih kepada KKP yang telah menyalurkan bantuan kepada yayasan yang dinaunginya. Ia menilai bahwa bantuan bioflok yang diberikan dapat memberikan pembelajaran dan motivasi yang baik bagi penerima bantuan agar dapat bertanggung jawab dalam masa pemeliharaan hingga berbagi ilmu kepada sesama.