TRIBUNNEWS.COM - Perguruan Tinggi Keagamaan islam (PTKI) yang berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag) adalah gerbang pengembangan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sudah banyak alumni PTKI yang berkiprah di masyarakat, bahkan mendapat jabatan strategis. Tren jumlah mahasiswa yang berminat menempuh pendidikan di PTKI juga meningkat, berbarengan dengan perluasan area studi.
Perkembangan PTKI ini juga diiringi oleh besarnya tantangan dalam berbagai aspek, terutama menjaga eksistensi PTKI dalam mengawal nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan yang inklusif.
Menyadari perkembangan kiprah alumni PTKI dan jumlah peminat yang meningkat, sekaligus untuk menghadapi tantangan zaman, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan (DIKTIS) Kementerian Agama menggelar Program 5000 Doktor pada Desember 2014 lalu, diselenggarakan di dalam dan luar negeri.
Program tersebut dilaksanakan berdasarkan data dari DIKTIS yang mengungkapkan tenaga pengajar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) seperti Universitas Islam Indonesia rata-rata pengajarnya masih menyandar gelar strata 2 (S2).
Berdasarkan data Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan (DIKTIS), tenaga pendidik di PTKI rata-rata masih memiliki gelar S2 (83%). Penelitian lain bertajuk “Pengelolaan Pascasarjana PAI di PTKI” mengungkap bahwa dosen PTKIN 16,68% berpendidikan S3, sementara di PTKIS hanya 4,99% berpendidikan S3.
Dengan begitu, melalui Program 5000 Doktor para pengajar yang masih menyandang status S2 akan didorong untuk meningkatkan kualitasnya menjadi strata 3 (S3) atau doktor.
Dalam implementasinya, Program 5000 Doktor dibagi ke dalam dua skema yaitu regular dan kerja sama.
Dalam skema regular, peserta program diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan studi S3 di perguruan tinggi dalam dan luar negeri yang berkualitas. Kandidat program juga dapat memilih perguruan tinggi sesuai dengan pilihannya.
Sementara itu, dalam skema kerja sama, program ini menyasar peserta dari PTKI, tenaga kependidikan, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementerian Agama untuk melanjutkan studi S3. Para peserta bisa melanjutkan studi S3 ke perguruan tinggi yang telah bekerja sama dengan Kementerian Agama dan memilih bidang ilmu tertentu.
Evaluasi dan rekomendasi untuk Program 5000 Doktor
Menurut policy paper bertajuk "Manajemen Satu Atap Pengelolaan Program 5000 Doktor" yang dipublikasikan pada 2018 oleh Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, ditemukan bahwa program unggulan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ini belum dipersiapkan dengan baik oleh DIKTIS, sehingga dalam perjalanannya terkesan tambal sulam.
Ada beberapa persoalan yang ditemui dalam Program 5000 Doktor. Pertama, belum adanya grand design yang bisa menggambarkan secara utuh tentang program ini. Kedua, program ini belum ditangani oleh tenaga yang profesional dalam pengertian struktur organisasi pengelola, kecukupan SDM dan uraian tugas masing-masing personel yang ada.
Meskipun masih ditemui beberapa pekerjaan rumah yang mesti segera dibenahi, namun Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan mencatat bahwa beasiswa Mora dari program tersebut sudah sangat memadai, misalnya tunjangan biaya hidup dengan standar persyaratan izin tinggal negara tujuan studi.
Begitu juga untuk tunjangan kesehatan (asuransi), tunjangan buku, dan keluarga untuk yang sifatnya teknis seperti akomodasi bagi peserta yang membawa keluarga untuk melanjutkan studi S3, meskipun ada beberapa negara tertentu utamanya di wilayah Eropa memberikan syarat yang sangat sulit.
Tidak hanya itu, proses pencairan dana untuk para penerima beasiswa pun sudah semakin baik dari waktu ke waktu. Akan tetapi bagi mahasiswa awal, perlu diperhatikan karena masih ada beberapa yang harus menggunakan biaya pribadi terlebih dahulu.
Kendala lain adalah pencairan beasiswa yang dikirim ke rekening Indonesia dalam bentuk rupiah, sehingga mengharuskan penerima beasiswa mengubah kurs lebih dahulu kemudian dikirim ke rekening negara tujuan.
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan juga mengungkapkan, secara keseluruhan, Program 5000 Doktor berjalan dengan baik yang berdasarkan respons para peserta. Para peserta rata-rata mengapresiasi dengan positif.
Selain itu, varian bidang studi peserta Program 5000 Doktor ini juga sangat beragam misalnya ada yang melanjutkan ke studi keislaman, arsitektur hingga ilmu kesehatan.
Beberapa permasalahan teknis dalam implementasi program, seperti alokasi waktu yang diberikan oleh pihak Mora sama antar bidang studi, sementara bidang studi sains rata-rata memerlukan waktu penyelesaian lebih lama.
Selain melakukan evaluasi Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan juga memberikan rekomendasi agar Program 5000 Doktor berjalan lebih maksimal.
Sebagai program yang strategis, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan merekomendasikan agar Program 5000 Doktor dikelola secara profesional dan ad hoc baik di dalam negeri atau luar negeri. Akan tetapi, manajemen program dalam negeri dan luar negeri harus berada dalam satu pintu, yakni Direktur DIKTIS.
Sementara itu, untuk menjaga keberlangsungan program dalam meningkatkan kualitas SDM perlu dibuat peta kebutuhan keilmuan S3 di PTKI, sehingga diperoleh kesesuaian antara kebutuhan lembaga dan bidang studi peserta. Peta tersebut juga bertujuan untuk mempercepat pencapaian program dan memprioritaskan jalur kerja sama, sehingga tingkat ketercapaiannya bisa diukur baik dari sisi waktu maupun anggaran.