TRIBUNNEWS.COM - Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharam 1443 H, Menteri Koordinator Perekonomian RI dan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menghadiri acara “Indonesia Bersholawat”.
Acara ini juga digelar untuk mensyukuri Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 dan dihadiri oleh para Habib, Ulama dan para Kyai serta masyarakat secara fisik maupun daring.
Pada kesempatan tersebut Airlangga memberikan sambutan dan mengucapkan selamat memperingati 1 Muharam 1443 H.
Peringatan 1 Muharam 1443 H yang merupakan tahun baru umat Islam kebetulan diperingati menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 tahun, sehingga menurutnya, kemerdekaan yang telah diberikan sebagai nikmat Allah SWT kepada Indonesia patut disyukuri dengan bersholawat dan berdzikir memanjatkan doa dengan khusyu’ dan ikhlas kepada Allah SWT agar pandemi Covid-19 ini segera berakhir.
"Dengan bersholawat, mudah-mudahan kita akan mendapatkan syafa’at dari Nabi Muhammad SAW seraya kita meneladani akhlak yang mulia yang telah dicontohkan keteladannya oleh beliau kepada kita semua, umatnya. 1 Muharam merupakan titik awal dari episode perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam membangun sebuah masyarakat yang Islami," ucapnya dalam sambutannya.
"Muharam merupakan momentum yang sangat penting dalam sejarah Islam bagi dimulainya sebuah peradaban baru. Perpindahan atau dikenal dengan Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah merupakan babak baru perubahan dan pembebasan umat Islam dari belenggu diskriminasi, initmidasi dan kezaliman. Kehidupan di Madinah bagi Nabi Muhammad dan umat muslim adalah cermin dari peradaban Islam yang egaliter, saling bekerja sama dan tolong menolong dalam kemajemukan, dan, bahkan para ahli sosiologi sejarah Barat menyebutnya sebagai masyarakat yang modern pada masanya," lanjutnya.
Ia juga menjelaskan bagaimana Hijrah Nabi Muhammad SAW bersama dengan pengikutnya ke Madinah telah membawa perubahan signifikan dalam sejarah Islam.
"Ketika di Mekkah umat Islam teraniaya, tertindas, diboikot, dan berada di bawah kuasa politik kaum musyrik Quraisy, maka sebaliknya di Madinah umat Islam mampu membangun sebuah tatanan sosial, politik, ekonomi dan kemasyarakatan yang bersendikan nilai-nilai Islami seperti tolong menolong, saling bekerja sama, kesetaraan dan keadilan," sebut Airlangga.
Menurutnya, Nabi Muhammad merupakan sosok pemimpin dalam komunitas masyarakat yang majemuk dan plural. Masyarakat Madinah terdiri atas pendatang dari Mekkah (Muhajirin) dan penduduk asli Madinah (Anshar, penolong).
Selain umat Islam, di Madinah juga ada kelompok Nasrani, Yahudi serta penganut paganisme. Mereka juga berasal dari berbagai suku yang beragam. Mereka disatukan dalam suatu perjanjian bersama yang dikenal dengan “Mitsaq Madinah” atau piagam madinah.
"Piagam Madinah inilah yang menjadi dasar kesepakatan bersama dalam proses membangun interaksi sosial kemasyarakatan dan kenegaraan bagi masyarakat Madinah yang dipimpin Nabi Muhammad SAW. Adanya pengakuan terhadap perbedaan, menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dalam kehidupan beragama dan bersuku-suku, tercermin dalam perjanjian Piagam Madinah ini. Dari dari Madinah inilah, Islam menyebar ke seluruh dunia karena membawa pesan Rahmatan lil Alamin," ucapnya.
Ketua KPCPEN ini kemudian menyebutkan bahwa dalam konteks negara Indonesia, bangsa kita patut bersyukur karena nikmat kemerdekaan ini.
"Kemerdekaan yang telah direbut dengan jerih payah, dengan darah dan air mata para pahlawan bangsa, termasuk para Kyai dan Ulama, dan para santri, yang telah mengorbankan jiwa raganya, harus kita pertahankan dan kita harus membangun warisan pahlawan bangsa kita menjadi negara yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia," jelas Airlangga.
Ia juga menjelaskan tentang kesamaan yang dimiliki Piagam Madinah dengan Pancasila sebagai kesepakatan luhur bangsa Indonesia. Pancasila yang di dalamnya mengandung nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan Sosial, harus dijadikan sebagai ruh dan spirit bagi jalannya kehidupaan berbangsa dan bernegara.