TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membangun tambak udang berbasis kawasan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah sebagai salah satu upaya mencapai target produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton/tahun pada 2024.
Strategi tambak udang yang digagas Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono tersebut dinilai sudah sesuai dengan prinsip ekonomi biru. Sebab pembangunannya mempertimbangkan aspek ekologi tidak hanya ekonomi.
"Kami sangat supporting pembangunan kawasan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen. Yang tidak kalah penting ada (pertimbangan) ekologi atau ekosistem dan lingkungan di kawasan tambak itu sendiri," ujar Ketua Shrimp Club (SCI) Jawa Tengah Ilham Priyanto dalam dialog Bincang Bahari KKP berjudul Terobosan Kuasai Pasar Udang Dunia yang berlangsung secara daring, Kamis (2/9/2021).
Pertimbangan ekologi yang berimbas pada kesehatan ekosistem tambak udang menurut Ilham merupakan kunci sukses kegiatan budidaya bisa berjalan dalam kurun waktu yang panjang (kontinuitas). Dengan demikian, target pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional, peningkatan kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan kelestarian lingkungan dari program tersebut bisa dicapai.
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Yudi Nurul Ihsan mengatakan, perlunya komitmen dan kefokusan dalam mengimplementasikan tambak udang berbasis kawasan. Sebab bila berhasil, tambak udang berbasis kawasan di Kebumen akan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
Dengan modal fokus, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki, Yudi bahkan optimis Indonesia bisa menjadi salah satu negara penghasil udang budidaya terbesar di dunia. Sebab Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat besar dan peluang penyerapan udang di pasar dunia juga sangat tinggi.
"Kalau kita belajar dari Vietnam, sesungguhnya keberhasilan mereka, mereka itu fokus. Padahal akhir tahun 70an atau awal 80an, mereka belajar ke kita. Belajar budidaya, memijahkan ikan, dan Jawa Barat menjadi salah satu tempat mereka belajar ikan, budaya, etika, dan belajar segala macam. Kefokusan mereka menghasilkan sebuah hasil yang luar biasa di sektor kelautan dan perikanan," ungkapnya.
Chief of Staff eFishery Chrisna Aditya mengakui ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan budidaya yang sesuai dengan prinsip ekonomi biru.
"Dengan ilmu kita bisa melakukan improvisasi. Kalau tidak, kita hanya mengeksploitasi alam. Kalau kita tidak menggunakan ilmu yang tepat, yang bijak, kita tidak bisa memanfaatkan potensi ini dalam jangka waktu yang lama, sehingga anak cucu kita tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan," urai Chrisna.
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menerangkan, pertimbangan ekologi jugalah yang menjadi salah satu alasan pihaknya menyambut baik rencana pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen. Sebab konsep pembagunan yang disodorkan KKP sesuai dengan prinsip lingkungan yang selama ini pihaknya terapkan.
Sebagai wujud upaya pelestarian lingkungan, beberapa kegiatan konservasi telah berjalan di Kebumen, seperti konservasi penyu dan kawasan mangrove di wilayah pesisir.
Bahkan menurutnya, keberadaan kawasan tambak udang berbasis kawasan nantinya dapat menjadi contoh bagi masyarakat yang ingin melakukan kegiatan budidaya sesuai dengan standar, sehingga tidak mencemari lingkungan. Kemudian menjadi contoh juga dari sisi manajemen usaha.
"Ini satu keberpihakan untuk masyarakat Kebumen. Dari sisi bisnis ini menjadi percontohan yang baik. Kemudian masyarakat yang akan membuka lahan tambak, bisa sesuai dengan standar yang benar. Kalau selama ini mungkin langsung masuk ke sungai sehingga bisa mencemari dan merusak lingkungan. Inikan memprihatinkan," terangnya.
Sementara itu Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu menjelaskan, pembangunan kawasan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen merupakan implementasi dari salah satu program terobosan KKP periode 2021-2024. Yakni pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung oleh riset kelautan dan perikanan.