TRIBUNNEWS.COM, GORONTALO - Wakil Ketua MPR RI, Prof. Dr. Ir. H. Fadel Muhammad, menyebut bahwa upaya pelestarian budaya dan hobi menonton atau menyaksikan pagelaran budaya seperti wayang kulit adalah salah satu bentuk cinta tanah air.
"Saya Alhamdulillah, masih sangat senang menyaksikan pagelaran budaya darimana saja. Sebab, menurut saya budaya Indonesia itu menarik semua. dan kita harus bangga akan itu. Dalam setiap kegiatan saya di daerah pasti ada pagelaran budayanya," ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Fadel Muhammad dalam sambutannya sebelum dimulainya Pagelaran Seni Budaya (PSB) Wayang Kulit semalam suntuk dalam rangka 'Pendidikan Penguatan 4 Pilar Untuk Generasi Muda', di Pasar Desa Harapan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Sabtu Malam (14/10/2023).
Baca juga: Fadel Muhammad Gelar Demonstrasi Plot Jagung Hibrida dan Salurkan 500 Bibit Pohon ke Petani
Hadir dalam kesempatan itu, Pj. Bupati Boalemo Sherman Moridu, Bupati Kabupaten Gorontalo Nelson Pomalingo, Ketua Kerukunan Indonesia Gorontalo (KKIG) Warsito, Anggita DPRD Boalemo, tokoh masyarakat, dan ratusan masyarakat pecinta wayang kulit dari berbagai desa sekitar.
Lebih jauh, Fadel Muhammad menyampaikan bahwa pelaku pelestari budaya seperti wayang kulit ini jangan hanya diisii dengan orang-orang tua saja. Tapi, generasi mudanya harus memiliki gairah juga untuk mencintai budaya wayang kulit.
"Kita tidak ingin budaya luarbiasa ini lama kelamaan akan menjadi langka dan susah ditemui, karena banyak pelestarian sudah tidak ada. Melihat hal ini, kaderisasi pecinta budaya menjadi sangat penting," tegasnya.
Fadel menuturkan rasa bangganya melihat toleransi warga asli Gorontalo yang sangat menerima perbedaan budaya yang ada.
Baca juga: Pererat Silaturahmi, Fadel Muhammad Hadiri Pengajian Masyarakat Gorontalo
"Banyak warga Gorontalo yang tidak mengerti bahwa Jawa dan cerita wayang Jawa, tapi mereka ikut menonton. Akulturasi budaya di Gorontalo sudah terjadi sejak lama dengan baik dan ini harus dijaga terus bahkan ditingkatkan," paparnya
Gelar wayang dengan lakon 'Sri Boyong Asmoro Bumi' pun dimulai usai Fadel Muhammad menyerahkan secara simbolik satu wayangan kepada sang dalang, Ki Gendeng Ardianto, dalang asal Blitar, Jawa Timur. (*)