TRIBUNNEWS.COM - Menteri Sosial Republik Indonesia Tri Rismaharini disambut oleh Emilia Saiz, mewakili Global Taskforce of Local and Regional Governments (GTF LRG) dan sekaligus UCLG Secretary General sebagai teman yang langka dan membanggakan yang hadir kembali di Markas Besar PBB.
"Kita sambut teman yang langka dan membanggakan yang kembali ke ruangan ini sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia setelah sebelumnya berkiprah sebagai Walikota Surabaya,” ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Emilia Saiz sesaat membuka sidang sesi ke-3 forum pertemuan tingkat tinggi (High Level Political Forum / HLPF) yang digagas PBB ini.
HLPF ini dilaksanakan oleh Global Taskforce of Local and Regional Governments (GTF LRG) yang dikoordinasikan bersama Departemen Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDESA), dan didukung oleh UCLG, UN Habitat dan UNDP di New York, Kamis (11/7).
Forum ini sendiri merupakan upaya PBB untuk membumikan, melokalkan dan mempercepat pencapaian sasaran pembangunan dunia atau yang dikenal sebagai Sustainable Development Goals 2030 (SDGs 2030).
"Dunia yang akan kita tinggali dan tinggalkan pada anak cucu kita ditentukan oleh kesungguhan dan komitmen kita bersama. Tidak ada yang dapat hidup sendiri di muka Bumi,” tegas Lotta Tahtinen, Chief Outreach and Partnership, UNDESA dalam pembukaan forum.
Benar, sebagai Walikota Surabaya 2010 sampai dengan 2020, Risma sangat aktif melakukan kolaborasi internasional, baik sebagai Presiden United Cities and Local Governments (UCLG) Asia Pasifik dan sebagai Wakil Presiden UCLG Dunia.
Bahkan di Juli 2016, Surabaya menjadi Tuan Rumah The Third Session Preparatory Committe for UN Habitat III (PrepCom3), yang dihadiri oleh 3.500 peserta, yang di antaranya 1.886 delegasi anggota PBB dari 116 negara.
Baca juga: Pidato di Forum Politik Tingkat Tinggi New York, Mensos Risma Bahas Pengentasan Kemiskinan
PrepCom3 UN Habitat III, merupakan pertemuan akhir yang menyusun Agenda dan Pernyataan Final sebelum UN Habitat III di Quito (acara 20 tahunan yang berhasil menelurkan Sustainable Development Goals 2030 (SDGs 2030), yang sedang dibicarakan di HLPF ini.
Dalam UN Habitat III, Risma hadir dalam belasan sesi sebagai Pembicara dan sempat dianugerahi Alumni Terbaik dari Erasmus University di Pavilion Belanda.
Aktif dalam UCLG dan UN Habitat serta Agenda Internasional lainnya, memberikan Surabaya yang dipimpinnya memiliki tempat yang kuat dan lekat di hati para kepala daerah dan pemimpin regional di seluruh dunia.
"Kita semua tetap mengingat Beliau sebagai sosok yang berorientasi pada aksi nyata dalam memajukan warganya dan sangat tepat sebagai Menteri yang menangani masalah sosial,” imbuh Emilia Saiz.
Komitmen mengentaskan kemiskinan
Pada kesempatan ini, Mensos Risma menyampaikan optimisme dalam menangani kemiskinan dan mencegah kelaparan. "Kami percaya dengan bekerja sama, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik untuk semua," kata Mensos Risma.
Mensos Risma menjelaskan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Indonesia diperbarui minimal sekali dalam tiap bulan oleh pemerintah daerah, memudahkan untuk merancang solusi yang tepat, baik untuk mengurangi pengeluaran keluarga maupun meningkatkan pendapatan mereka. Pasalnya, data yang akurat akan membuat penyaluran program pengentasan kemiskinan dilakukan lebih efektif dan efesien. Inklusif tanpa kemiskinan dan kelaparan. No one left behind.
Program makanan gratis bagi lansia dan penyandang disabilitas yang tinggal sendiri. Didukung oleh kelompok masyarakat (pokmas) setempat yang memasak dan mengirimkannya, Kemensos juga menyediakan dua bentuk program utama yaitu: 3 (tiga) rusun sewa murah (hanya Rp10 ribu per bulan) dan renovasi atau pembangunan hampir 16.000 rumah baru dalam tiga tahun terakhir.
Sementara dalam mengatasi masalah aksesibilitas, Kemensos memanfaatkan teknologi sebagai enabler seperti bus sekolah, kapal sekolah, sepeda motor listrik, sampai dengan pembelajaran melalui broadband learning center.
Termasuk penyediaan akses air bersih melalui mesin pengolah air (SWRO - Sea Water Reverse Osmosis) yang dijalankan dengan tenaga surya. Dari Aceh di Barat sampai Skouw (Papua) di Timur, serta dari Siau (Sulut) di Utara sampai Rote Ndao (NTT) di Selatan.
Bersama negara Brazil, Indonesia menjadi dua perwakilan negara anggota yang hadir dalam HLPF sekaligus menjadi penanggap dalam sesi panel diskusi. Forum akan ditutup tanggal 17 Juli 2024 mendatang dengan pernyataan bersama menuju koalisi global untuk melokalkan SDGs di 2030.(*)
Baca juga: Beri Penghargaan, Mensos Risma Apresiasi Sejumlah Pemangku Kepentingan Berjasa