Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Li Junhua menyatakan, Sustainable Development Goals (SDGs) belum sesuai jalurnya.
Saat ini, kata dia, ada sekitar 600 juta penduduk dunia masih mengalami kemiskinan, sementara 50 persen perempuan tak memiliki akses pembiayaan.
Menurutnya, komitmen pendanaan global saat ini mungkin tak selaras dengan prinsip-prinsip SDGs.
"Beberapa upaya sedang dilakukan untuk menyelaraskan hal itu. Kita harus berhasil, berhasil bersama-sama, melalui perubahan secara menyeluruh," ujar Junhua melalui keterangan tertulis, Sabtu (14/9/2024).
Hal tersebut diungkapkan oleh Junhua pada pertemuan High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF-MSP) 2024 di Bali.
Ia menjelaskan, pembiayaan inovatif harus berfokus pada dampak nyata di negara-negara berkembang.
"Bukan hanya di bidang lingkungan hidup, melainkan juga mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan multi-pihak, secara bilateral dan trilateral. Selain itu, mendorong kolaborasi negara Selatan-Selatan untuk memastikan bahwa aliran dana tersebut efektif," katanya.
Salah satu panelis lain, Sekretaris Pembangunan Nasional Ekuador, Sariva Moya, menyatakan bahwa sejak 2015 pendanaan global memang terus meningkat.
Meski begitu, tidak semua dari alokasi pendanaan itu membuahkan hasil nyata.
Ia pun menekankan perlunya pendekatan komprehensif untuk mengatasi berbagai tantangan pembiayaan tersebut, seperti adanya standar umum dan kerja sama multilateral.
"Tantangan pendanaan inovatif tak dapat diselesaikan sendiri-sendiri, melainkan melalui kolaborasi dan rasa saling percaya," ucapnya.
Sementara itu, CEO Tanoto Foundation Benny Lee, mengatakan capaian SDGs memerlukan pendekatan multi-pihak.
"Hal ini mendorong percepatan di tingkat lokal sekaligus menyadari perlunya mengatasi kesenjangan antara pembiayaan SDGs dan efektivitas program-programnya," ucapnya.