TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) untuk bersama-sama pemerintah mengembangkan potensi perikanan budidaya berkelanjutan, khususnya pada lima komoditas unggulan ekspor, yakni udang, rumput laut, tilapia, lobster dan kepiting.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono dalam sambutannya pada Seminar Nasional Perikanan ISPIKANI di Jakarta pada Sabtu (24/8) melalui tayangan video menyampaikan, agar ISPIKANI turut mengawal dan melaksanakan pengelolaan perikanan Indonesia menjadi episentrum pembangunan nasional untuk wujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.
“Optimalkan perikanan dengan menempatkan ekologi sebagai panglima dan Ekonomi Biru harus menjadi mainstream dalam penyusunan kebijakan, riset dan inovasi teknologi serta pengembangan ekonomi dan industri di Indonesia terutama untuk mencapai triple win yaitu Ocean Health, Ocean Wealth, dan Ocean Prosperity,” kata Menteri Trenggono.
Sementara Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu yang turut hadir dalam seminar tersebut, mengatakan pengembangan budidaya lima komoditas perikanan tersebut karena besarnya potensi, serta tingginya kebutuhan protein di masa depan.
Food and Agriculture Organization (FAO) telah memprediksi populasi dunia akan tumbuh lebih dari 30 persen pada tahun 2050. Pertumbuhan tersebut tentunya akan diikuti peningkatan kebutuhan protein global hingga 70%. Sementara FAO sudah mempublikasi bahwa kebutuhan protein akan semakin sulit dipenuhi dari subsektor perikanan tangkap. Sehingga subsektor perikanan budidaya menjadi faktor penting yang didorong untuk menghadapi pertumbuhan populasi penduduk dan kebutuhan protein.
“Menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan dan keamanan pangan, utamanya asupan protein. KKP mengajak ISPIKANI bersama-sama pemerintah dalam mengupayakan pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan sebagaimana tertuang dalam program ekonomi biru KKP,” tegas Dirjen Tebe.
Dirjen Tebe menegaskan, peluang pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat sangat terbuka lebar. Indonesia memiliki potensi lahan perikanan budidaya diperkirakan mencapai 17,91 juta Hektare, yang terdiri dari 2,96 juta Hektare air payau, 2,83 juta Hektare air tawar, dan 12,12 juta Hektare air laut. Saat ini, pemanfaatan lahan baru mencapai 6%.
“ISPIKASI harus terus memberikan sumbangasih pemikiran dalam menghadapi tantangan pengembangan perikanan budidaya seperti diantaranya bersama-sama dalam menata kawasan budidaya, mengoptimalkan penerapan sertifikasi CPIB, CBIB, CPPIB, CPOIB dan CDOIB serta membantu proses perijinan,”papar Dirjen Tebe.
Dirjen Tebe kembali menyampaikan bahwa lima komoditas unggulan perairan laut Indonesia punya potensi besar kedepannya. Proyeksi dari Future Market Insights mengungkapkan besarnya peluang pasar global untuk 5 komoditas unggulan tersebut. Nilai pasar global untuk udang tahun 2024 diproyeksi mencapai USD 64,8 Miliar, sementara untuk 10 tahun mendatang diproyeksi bisa mencapai hingga USD 149 Miliar.
Kemudian rumput laut memiliki potensi pasar global, pada tahun 2024 diprediksi mencapai USD 7,8 Miliar, sementara pada tahun 2033 diproyeksi mencapai USD 19,6 Miliar. Untuk komoditas Tilapia juga memiliki potensi besar, nilai pasar global untuk tilapia pada tahun 2024 diproyeksi mencapai USD 14,4 Miliar. Sementara pada 10 tahun mendatang, diprediksi Tilapia bisa mencapai USD 23 Miliar. Begitu juga untuk komoditas kepiting dan Lobster. Tahun 2024, nilai pasar global untuk lobster diprediksi bisa mencapai USD 8,7 Miliar.
“KKP telah melakukan beberapa terobosan dalam menghadapi tantangan dan menangkap peluang investasi di bidang subsektor perikanan budidaya seperti modeling kawasan di Kebumen, Wakataobi, Karawang, dan revitalisasi kawasan. Selain itu juga melalui program kampung perikanan budidaya seperti penyediaan sarana prasarana dan pengembangan infrastruktur. Dalam mendongkrak peningkatan produksi komoditas unggulan orientasi ekspor, KKP juga terus berupaya dalam pencegahan dan pengendalian penyakit ikan serta mendorong optimalisasi sertifikasi Perikanan Budidaya,” tegas Tebe.
Dirjen Tebe juga meminta ISPIKANI untuk membantu meningkatkan kompetensi akademisi yang berdaya saing seperti memiliki kemampuan yang diperlukan industri, berpikir kritis, taktis, ahli berkomunikasi dan beradu ide. Selain itu juga harus menguasai dunia digital dan sosial media serta kemampuan dalam berbahasa asing. Sementara bagi pelaku usaha perikanan juga harus memiliki kemampuan dalam entrepreneurship spirit, business innovation dan digital mindset.
Direktur Rumput Laut, Nono Hartanto yang turut hadir dalam Seminar Nasional Perikanan, menjelaskan budidaya rumput laut itu punya potensi besar, baik di pasar lokal maupun global. KKP telah berupaya dalam pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia. Diantaranya melalui pembangunan modeling budidaya rumput laut pada tahun 2023 di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Tahun 2024, KKP kembali membangun modeling budidaya rumput laut di Maluku Tenggara dan Rote Ndao dengan luas masing-masing 50 Hektare. Selain modeling, KKP juga telah melakukan revitalisasi kampung budidaya rumput laut dengan penyediaan bibit kultur jaringan berkualitas dan kebun bibit rumput laut.
Baca juga: Program Terbaru KKP, Membangun Modeling Budidaya Rumput Laut Seluas 50 Ha di Rote Ndao
“Harapan kami, ISPIKANI dapat terlibat dalam penyelesaian beberapa persoalan budidaya rumput laut seperti pemanfaatan lahan budidaya rumput laut, penerapan Cara Budidaya Rumput Laut yang Baik, kualitas bibit, dan harga rumput laut,” tegas Nono.
Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan (FP2TPK) Indonesia, Prof. Maftuch mengatakan perikanan budidaya berkelanjutan harus tidak merusak lingkungan. Secara teknis harus sesuai kaidah Cara Budidaya Ikan yang Baik, menguntungkan secara ekonomi dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat pengguna.
“FP2TPK siap meningkatkan komunikasi di forum pimpinan untuk berkontribusi pada pembangunan perikanan kelautan nasional. Dalam menghadapi tantangan tantangan perikanan nasional, siap membangun komunikasi fokus pada local spasial. Selain itu FP2TPK mengembangkan kurikulum berbasis kearifan lokal sesuai kebutuhan pasar saat ini dengan kompetensi tinggi dan mendorong penguatan pendidikan vokasi berbasis kompetensi kearifal lokal. Serta bersama untuk pembangunan perikanan kelautan melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,” ujar Prof. Maftuch.
Baca juga: KKP Terus Kawal Implementasi Kebijakan Pengelolaan Lobster di Indonesia