TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat ada 54 hoaks terkait virus corona atau 2019-nCoV.
Hoaks tersebut merebak di dunia maya melalui media sosial dan aplikasi pesan instan seperti whatsapp.
Dilansir dari tayangan Kompas TV, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johhny G Plate mengatakan aplikasi whatsapp paling banyak menyumbang berita bohong ini.
"Penyebaran paling besar itu kan melalui whatsapp, diteruskan seperti itu," kata Johhny.
"Dan itu bisa jadi deret ukur dan bisa menjangkau banyak sekali masyarakat."
Johhny menambahkan, dampak adanya disinformasi ini bisa menyebabkan jutaan orang terpengaruh dan menyebabkan kepanikan.
Data kumpulan hoaks ini dipantau mulai dari (28/1/2020) sampai (3/2/2020).
Menurut Johhny, jumlah yang dirilis ini merupakan dua kali lipat dari pantauan Kemkominfo sebelumnya.
Tiga hari yang lalu kami pantau ada 36 hoaks, hari ini sudah hampir dua kali lipat konten hoaks dan disinformasi yang disebarkan," katanya dikutip dari Kompas.com.
Bahkan, banyak dari hoaks tersebut yang bermuatan agama, politik dan hukum.
Johhny menghimbau agar tidak mengaitkannya dengan hal-hal sensitif seperti itu.
"Jangan dikaitkan dengan hal lain. Apalagi dikaitkan dengan masalah politik, hukum, dan agama. Tidak ada itu," tegas Johnny.
Menurutnya, penanganan virus corona sepenuhnya menggunakan prosedur medis.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Samuel Abrijani Pangarepan mengatakan tidak segan-segan akan menindak sosok di balik kabar bohong tersebut.