News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Budidaya Magot dan Keuntungan bagi Lingkungan

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas merawat maggot di Kantor Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Selasa (3/11/2020). Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memberdayakan magot untuk mengurai sampah organik yang bersumber dari sumbangsih warga per wilayah sebagai pupuk kompos. Selain itu, larva tersebut juga bisa menjadi pakan hewan ternak. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM - Magot merupakan larva dari serangga Hermetia illucens atau lebih dikenal sebagai black soldier fly (BSF).

Sebelum dikenal dengan sebutan magot, larva ini dikenal dengan nama ‘belatung’.

Dalam bahasa Inggris larva ini dikenal dengan istilah ‘maggot’.

Pada dasarnya magot dan belatung memiliki fungsi yang berbeda.

Belatung yang berasal dari lalat rumah berperan sebagai vektor penyakit.

Adapun magot berperan sebagai agen perombak organik dalam waktu yang relatif cepat sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Baca juga: Ajak Milenial Bertani, PMN Berikan Pelatihan Budidaya Tanam di Perkotaan

Untuk mulai budidaya magot, tentunya harus memiliki indukan lalat BSF terlebih dahulu.

Anda bisa membeli telur BSF dengan harga pasaran antara Rp 5.000-8.000 per gram.

Telur BSF ini kemudian ditetaskan pada media hatchery dengan pemberian media pakan yang sifatnya lembut dan mudah ditembus oleh magot kecil, seperti buah-buahan, ampas tahu, atau ampas kelapa.

Adapun formulanya 3 gram telur kurang lebih 5 kg pakan basah per wadah, dikutip dari dinpertanpangan.demakkab.go.id.

Anakan magot akan hidup dalam wadah hatchery selama 5 s/d 7 hari, dihitung setelah telur menetas.

Setelah ukuran mencapai ukuran 3-4cm, maka magot sudah siap untuk dipindah ke dalam reaktor/biopon.

Reaktor, atau biopond, adalah tempat larva maggot akan menghabiskan sampah organik.

Dikutip dari tasikmalayakota.go.id, magot mengandung protein yang cukup tinggi 40–50 persen sehingga dapat berperan sebagai sumber protein hewan untuk ikan air tawar dan ternak.

Banyak orang yang membudidayakannya sebagai pakan alternatif yang unggul karena magot memiliki masa hidup yang cukup lama kurang lebih 4 minggu.

Selain itu, proses produksinya tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga cocok dilakukan di daerah sentra perikanan untuk menekan biaya produksi.

Selain itu, budidaya magot juga berfungsi untuk lingkungan sekitar, salah satunya adalah mereduksi sampah organik.

Beberapa penelitian mengungkapkan larva BSF mampu mereduksi sampah organik mencapai 66–79 persen.

Laju konsumsi sampah oleh larva BSF sangat bervariasi, bergantung pada jenis sampah, kadar air, jumlah larva, ukuran larva, dan suhu lingkungan.

Sampah-sampah organik yang dikonsumsi oleh magot akan berubah menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman.

Dengan begitu, magot memiliki peran ganda, yaitu mengolah sampah organik dan menghasilkan pupuk organik.

(Tribunnews.com, Widya)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini