TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Tak perlu ragu apakah Joko Widodo (Jokowi) akan serius bekerja hingga demi kebaikan Jakarta. Postur 'kutilang' (kurus tinggi langsing) Gubernur Jakarta terpilih ini sudah jadi bukti kalau Jokowi sampai lupa makan karena larut memikirkan tugas negara.
Mau tahu berat badan Jokowi saat ini?
"Badan saya tinggal ini. Sekarang berat badan saya tinggal 53 kilo, udah kurus, habis karena bekerja terus. Saya memang bekerja, dan bekerjanya di lapangan terus, karena sudah terbiasa begitu. Kalau nanti jadi (Gubernur DKI, - penulis) yang bisa disuruh lebih kerja keras lagi itu si Ahok, berat badannya masih bisa diturunkan," Jokowi bertutur, sebagaimana dikutip buku "Jokowi, Spirit Bantaran Kali Anyaran" terbitan PT Elex Media Komputindo.
Sepenggal kutipan itu diucapkan Jokowi saat menemui relawan dari unsur komunitas perantau di Jakarta, dalam acara yang dilaksanakan di markas Jokowi Center di Jl. Ki Mangun Sarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2012) silam.
Ya, Joko Widodo memang super sibuk. Apalagi sejak awal tahun 2012, tepatnya setelah dia diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan sejumlah partai non-parlemen lainnya, untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta periode 2012-2018.
Pada pemungutan suara putaran pertama 11 Juli 2012, di luar dugaan publik atas dasar ekspose hasil penelitian lembaga survei, Jokowi yang berpasangan dengan mantan Bupati Belitung Timur, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, keluar sebagai peraih suara terbanyak. Selain menyingkirkan empat pasangan calon lainnya yang diusung partai-partai besar, Jokowi-Ahok juga mengungguli calon petahana (incumbent), Fauzi Bowo (Foke) - Nachrowi Ramli (Nara).
Lebih fantastis lagi, di putaran kedua Pilkada Jakarta, 20 September 2012, Jokowi mencetak angka berbalikan dibanding Foke. Jokowi 54 persen lebih, sementara Foke 45 persen lebih versi sebuah Quick Count, alias berselisih lebih tinggi sembilan persen!
Banyak orang bertanya, bagaimana ia membagi energinya sebagai Walikota Solo dan memikirkan pemenangan Pilkada Jakarta?
"Sabtu - Minggu saya ada di Jakarta, sedangkan Senin-Jumat saya di Solo," kata Jokowi. Dia wara-wiri Solo-Jakarta menggunakan pesawat terbang, yang ongkosnya menggunakan dana pribadi, yang ia peroleh selaku pengusaha ekspor-impor mebel, bukan memanfaatkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Surakarta.
Dalam administrasi pemerintahan, kota yang dipimpinnya disebut Surakarta, tetapi masyarakat lebih mengenal kota perjuangan ini dengan sebutan Solo. Jumat sore, biasanya dia sudah tiba di Jakarta untuk melaksanakan kegiatan yang sangat padat, terutama berkunjung ke kampung-kampung dan gang-gang hunian warga, mengenalkan diri dan menyosialisasikan ide-ide serta program kerja.
Menurut Jokowi, usaha dan kerja keras yang dia lakukan adalah untuk sungguh-sungguh merealisasikan janjinya kepada warga Solo, yakni sebagai pemimpin yang melayani, bukan dilayani. "Memimpin harus dengan hati. Pertama-tama memangku warga, memanusiakan, meperlakukan mereka sebagai manusia, bukan sebagai sampah," kata Jokowi.
Buku "Jokowi, Spirit Bantaran Kali Anyar" memang berusaha lebih banyak mengulas kiprah Jokowi di luar panggung politik.
Dari sekitar 25 orang yang ditemui dan diwawancara penulis, antara lain warga, pedagang kaki lima, teman sepermainan sejak SD sampai SMP, teman satu sekolah, mantan guru, mantan pengasuh, hingga pejabat Pemkot Solo, Jokowi dilihat sebagai seorang pemimpin yang rendah hati dan pendiam. Walau begitu, Jokowi dianggap sebagai pemimpin besar yang berhasil, pejabat yang merakyat, peduli, bersih, dan antikorupsi.
Mengenai penilaian terhadap keberhasilannya, Jokowi berkata, "Saya pekerja, bukan politisi. Saya hanya berkerja dan bekerja. Saya tidak peduli penilaian orang, mau jelek, mau gagal, mau berhasil, yang penting saya bekerja."
Kepemimpinan yang dimiliki itu bukan turun dari langit, namun terinternalisasi seiring sejalan dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. "Saya ini orang miskin, anak tukang kayu. Masa kecil saya, kami tinggal di bantaran kali. Tiga kali orangtua saya berpindah-pindah, mengontrak, karena tidak punya rumah. Waktu di bantaran kali itu juga, rumah kami digusur pemerintah Solo, dan tidak diganti rugi. Itu semua memengaruhi saya," kata Jokowi.
Dia menambahkan, "Pemimpin yang lahir dalam keluarga kaya raya, dengan orang miskin tentu beda. Omongan boleh dibuat-buat, tetapi gestur tubuh dan mimiknya tidak bisa berbohong," kata Jokowi kepada penulis saat berada di mobil dinas wali kota Solo dalam perjalanan dari Terminal Tironadi di Jalan Ahmad Yani, menuju rumah dinas di Loji Gandrung, Jalan Slamet Riyadi.
Kalau ada orang lain yang menilai karyanya sebagai orang sukses, Jokowi tidak melarang. "Saya tidak mau memuji diri sendiri, tidak baik," kata laki-laki yang sudah 7 tahun memimpin kota Solo. Wali kota yang berpasangan dengan FX. Hadi Rudyatmo ini terpilih sejak 2005, dan terpilih lagi tahun 2010. Mereka berdua memimpin dengan tanpa mengambil gaji untuk dibawa ke rumah.
Struk gaji ditandatangani, tetapi pengelolaan uang itu berada sepenuhnya di tangan sekretaris, yang kegunaannya pun seutuhnya diberikan untuk bantuan warga. Bekerja tanpa pamrih, Jokowi tidak mau disebut pekerjaannya sebagai wali kota dikatakan sebagai bentuk pengabdian.
"Jangan pengabdian, terlalu tinggi. Kalau yang tinggi-tinggi, pengabdian, untuk politisi saja, sedangkan saya orang kerja. Terlalu tinggi pengabdian buat saya," kata Jokowi yang tidak berkenan disebut sebagai politisi.
Artikel terkait