TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ingat nama Haryono Suyono tentu memori kita diingat dengan Keluarga Berencana (KB). Di era Orde Baru, masa kejayaan program KB salah satunya karena kerja kerasnya.
Bahkan program KB yang dijalankan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi rujukan bagi negara lain yang ingin belajar.
Tapi kini dalam pascaera reformasi, program KB stagnan alias jalan di tempat. Bahkan, angka jumlah anak tiap pasangan justru naik dibandingkan dulu.
Haryono Suyono mengatakan, untuk mengembalikan kejayaan program KB, tidak hanya BKKBN yang berperan tapi semua pihak. Perlu penambahan jumlah penyuluh KB yang saat ini jumlahnya tinggal 20 ribu orang.
"Juga perlu penambahan bidan desa, dokter keliling. Saat ini sudah jarang ada diskusi mengenai KB, yang ada diskusi masalah capres dan legeslatif. Celakanya Presiden maupun legilatif tidak pernah bicara KB," kata Haryono saat diskusi High Level Seminar on ICDP+20 and Unfinished Agenda di Jakarta, Selasa (1/4/2014).
Meski kondisi sekarang wajah progran KB tidak baik, mantan Kepala BKKBN mendorong semua pihak untuk kembali membangkitkan program KB dengan kembali ke desa. "Buat berbagai program yang bisa menguntungkan rakyat," katanya.
Nama Haryono melekat dengan BKKBN. Ia mengawali karir sebagai deputi sampai akhirnya dipercaya oleh Presiden Soeharto menjadi Kepala BKKBN pada tahun 1983.
Sepuluh tahun berikutnya, tahun 1993, Haryono diangkat dalam jabatan rangkap yaitu sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN pada Kabinet Pembangunan VI. Pada kabinet terakhir Presiden Soeharto yaitu Kabinet Pembangunan VII, ia masih dipercaya oleh pemerintrah dan diangkal sebagai Menko Kesra dan Taskin selakigus merangkap Kepala BKKBN.