Di siang nan terik. Sebuah terpal digelar menyerupai tenda di dekat areal pematang sawah yang sudah selesai panen. Masyarakat sekitar mengerumuni pinggiran pematang sawah bersiap menyaksikan pergelaran Lais. Pergelaran ditanggap pemilik sawah sebagi bagian dari syukuran pascapanen.
Lais dibuka oleh seorang penari genit berdandan menor. Sintren itu bernama Nyai Endeut. Lelaki yang berpakaian khas perempuan Sunda dengan menggendong keranjang berisi bekal untuk ke sawah. Gaya-gaya menari yang kocak dan kadang nakal membuat penonton mengumbar tawa.
Tapi itu baru pembuka dari serangkaian seni Lais, suatu jenis pertunjukan rakyat di Jawa Barat. Saat ini kesenian Lais hanya ada di Garut, yaitu Lais Putra Pancawarna Medal Panglipur.
Yang utama dari pertunjukan ini adalah atraksi seseorang pada bentangan seutas tali sepanjang enam meter. Tali tersebut diikat tinggi pada dua batang bambu setinggi hingga 12 meter. Bunyi terompet dan gendang gong saling bersahutan menandakan pertunjukan segera di mulai.
Selanjutnya sesajen dibakar dan semua pemain lain memasuki lapangan atraksi. Tampak di sudut areal persawahan, sang pawang mulai membaca mantra.
Puncaknya, pemain Lais mulai beraksi, dengan sigap dia memanjat bambu tanpa tali pengaman. Semacam akrobatik, pemain lais beratraksi dengan seutas tali tersebut. Mengundang kengerian karena bambu yang dipancang tingginya hingga 15 meter. Sesekali pemain Lais berkomunikasi dengan gaya yang kocak dengan sintren yang menungguinya di bawah. Pada bagian lain, aksi debus juga dipertontonkan menambah daya tarik permainan ini.
Desa Bagendit
Di Garut, ada sebuah perkampungan di mana penghuninya adalah bekerja sebagai pencukur rambut. Nama kampungnya adalah Kampung Cigadung, Desa Karya Mukni, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut.
Saat dikunjungi siang hari, suasananya lengang. Di dalam rumah-rumah semi permanen hanya ada orang tua lanjut usia, dan anak-anak usia sekolah. Gadis remaja atau ibu-ibu. Para pemudanya sedang melanglang ke kota-kota besar sebagai tukang cukur As-Gar atau Asli Garut.
Orang tua lelaki yang ada di desa itu juga pernah melakoni pekerjaan sebagai tukang cukur. Pekerjaan itu kemudian dilanjutkan oleh anak-anak mereka. Kini mereka hidup di kampung, petani cabai dan padi di sawah atau beternak kambing.
Kampung Adat Kampung Naga
Kampung lainnya yang juga sempat Explore Indonesia telusuri adalah Kampung Naga. Apa istimewanya kampung yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat?
Kampung adat ini menjadi satu-satunya kampung yang menolak terpaan modernisasi meski berada di antara wilayah yang cukup hidup dan berkembang mengikuti kemajuan jaman, yaitu Kabupatan Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.
Masyarakatnya hidup tenteram dan hening. Hanya pagi hari dan sore hari saja ramai oleh suara anak-anak yang belum berangkat sekolah atau pulang sekolah. Tak ada suara radio ataupun televisi. Karena masyarakat kampung tidak diperkenankan menggunakan aliran listrik. Untuk penerangan malam hari, mereka menggunakan lampu dengan bahan bakar minyak tanah.
Lalu, apa arti nama Kampung Naga, ada hubungannya kah dengan Naga? Kuncen Kampung Naga, Ade Suherlin menjawab, tidak ada kaitan nama Kampung Naga dengan Naga. Tidak ada juga mitos yang berkaitan dengan Naga di Kampung tersebut.
>