Untuk Kopi Luwak Liberika, hanya dijual Rp50 ribu per cup.
Menurut Fajar, harga tersebut jauh di bawah harga kopi luwak yang dijual di hotel maupun di coffee shop. Menurutnya, secangkir kopi luwak jika di coffee shop harganya minimal Rp100 ribu per cup. Itupun untuk jenis Arabica. Karena jarang coffee shop maupun hotel yang memiliki kopi jenis Liberika.
Perpaduan
Kopi jenis Liberika memiliki rasa yang tidak terlalu pahit dan tidak terlalu asam. Dikatakan Fajar, rasanya seperti perpaduan antara kopi Arabica dan kopi robusta.
Selain Kopi Luwak Liberika dan Kopi Sunda Surlili, Buun Koeffie juga menyediakan Kopi Bajawa asal Flores dan Kopi Takengon (Aceh).
Semua kopi tersebut di sangrai (roasting) sendiri agar kualitasnya sesuai yang diharapkan.
"Kopi-kopi tersebut baru kami giling sesaat sebelum diseduh. Hal tersebut agar rasa kopi lebih segar saat disajikan," ujar Fajar.
Untuk saat ini, yang menjadi andalan dan paling banyak di pesan di Buun Koeffie adalah Kopi Bakar. Menu tersebut merupakan sajian Kopi Sunda Surlili yang diberi topping bakaran biji kopi.
Harganya cukup murah, Rp7 ribu per cup.
"Kami memang memberikan harga yang murah, ini adalah salah satu idealisme kami. Memberikan kualitas kopi terbaik dari negeri kita sendiri dengan harga terjangkau. Selama ini kita dibodohi dengan membeli produk kopi negeri sendiri dengan harga yang sangat tinggi," tukas Fajar.
Keberadaan kedai kopi yang belum genap sebulan ini mampu menarik penikmat kopi Yogyakarta.
Dalam sehari Buun Koeffie mampu menjual lebih dari 200 cup kopi.
Fajar melalui Buun Koeffie juga ingin mengubah paradigma bahwa coffee shop hanya untuk tempat nongkrong tanpa memperhatikan kualitas kopi yang dijual.
"Makanya kami buka dari jam 7 pagi untuk memberikan edukasi bahwa ngopi tidak hanya dilakukan saat malam hari sembari nongkrong. Kami ingin orang datang ke sini benar-benar menikmati kopi yang kamu sajikan," pungkas Fajar.