News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Mistis Bahu Laweyan, Wanita yang Memangsa Pasangan

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi

“Dalam masyarakat Jawa, orang yang berulang kali ditinggal mati pasangannya secara mendadak tanpa sempat menurunkan anak sering disebut bahu laweyan.”

Supriyadi yang sering dimintai tolong menyembuhkan penyakit non-medis mengkategorikan bahu laweyan sebagai manusia "cacat" sejak lahir atau manusia "panas" yang mendatangkan malapetaka bagi pasangan hidupnya.

Meski lebih sering perempuan, bahu laweyan bisa terwujud baik pada diri lelaki atau perempuan.

"Saya sendiri tidak tahu mengapa, mungkin sudah kodrat," ujar tokoh spiritual yang enggan disebut sebagai dukun. Atau paranormal itu.

Dalam menentukan pasangan hidup, keluarga Jawa pasti akan melihat semua segi latar belakang calonnya.

Terutama orang tua yang masih lekat dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan nilai-nilai budaya Jawa, tentu mengerti benar bahwa manusia "panas" pantang dinikahi.

Lebih lanjut menurut. Pak Supri, pria atau wanita bahu laweyan sebenarnya seperti manusia biasa lainnya.

"Malah ia sendiri pun tidak tahu kalau memiliki kekuatan "membunuh" istri/suami. Dia baru sadar setelah tiga empat kali mengarungi biduk perkawinan selalu ditinggal mati suami atau istri.

"Saat kematian pasangan pertama, orang belum curiga dan menganggapnya kematian biasa. Keluarga dekatnya baru akan berpikir bila hal yang sama menimpa pasangan kedua. Apabila manusia bahu laweyan ini menikah yang ketiga kalinya, dan kembali pasangannya menghadapi kematian, barulah sanak saudara dan masyarakat sadar ada yang tidak beres dalam tubuh manusia tersebut.

"Biasanya setelah perkawinan yang ketiga, betapapun cantik atau gantengnya, dia akan kesulitan mencari pasangan. Memangnya siapa yang berani menanggung risiko kematian?" ujar Pak Supri.

Tapi menurutnya, bila sampai tiga kali menjalani perkawinan dengan selalu mengorbankan pasangannya, umumnya janda atau duda dari masyarakat Jawa akan tahu diri. dan takut kawin lagi.

Sedangkan budayawan Jawa H. Karkono Kamajaya PK (81) mengaku, meski.tidak tahu ciri-ciri fisik orang bahu laweyan, tapi percaya orang semacam itu memang ada.

Ketua Javanologi Panunggal Yogyakarta ini sedari kecil telah mengetahui istilah manusia bahu laweyan, bahkan pernah kenal akrab salah seorang di antaranya.

"Yang saya tahu, bahu laweyan hanya untuk perempuan. Suami wanita ini tidak selalu meninggal, tapi ada saja malapetaka atau kesialan menimpa hidupnya. Entah itu kecelakaan, sakit-sakitan, atau yang lainnya. Pokoknya, sial terus," ujarnya merinci garis nasib para bahu laweyan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini