Manfaat Silaturahmi
Silaturahmi pada Hari Idul Fitri berbeda dengan bertamu di hari biasa. “Adanya kedalaman makna menjadi pembeda, yaitu saling bermaaf-maafan. Berpuasa dan membayar zakat mensucikan diri serta berkaitan erat dengan hubungan manusia dan Allah SWT. Sedangkan, bermaaf-maafan di Hari Idul Fitri lebih kepada hubungan manusia dengan manusia,” urai Nurul yang bisa dihubungi melalui akun Twitter @kancil_ku dan website www.kancilku.com ini.
Saat silaturahmi, bukan hal mustahil si anak malah bermain tablet. “Peran orangtua sebagai contoh buat anak adalah hal yang sangat penting, harus dilakukan sejak dini, secara terus-menerus, serta konsisten.”
Menahan Nafsu
Makanan yang berlimpah saat Lebaran kadang membuat lupa diri. Tak hanya anak kecil, orang dewasa juga bisa kalap ketika melihat makanan khas Lebaran. “Sekali lagi, di sinilah pentingnya orangtua memberikan contoh kepada anak. Jika orangtua mencontohkan makan secukupnya, maka otomatis anak pun demikian. Jadi, sediakanlah makanan secukupnya saat Lebaran.”
Demikian pula perihal baju dan sepatu baru. Boleh-boleh saja membelikan baju ataupun sepatu baru pada anak. “Terutama pada anak yang lebih kecil agar ia semangat dan menjadi semacam reward atas usahanya.” Namun, lanjut Nurul, jangan sampai berbelanja mengganggu ibadah. “Misalnya, berkeliling mal sampai anak tidak kuat puasa karena capek,” ujar Nurul.
Nah, kenalkan makna Lebaran pada anak dengan menggunakan momen ini untuk mengajak anak menyumbangkan baju yang sudah tidak dipakai untuk orang yang membutuhkan. “Hal ini, membuat anak belajar untuk memberi dan mengajarkan anak agar tidak berlebihan saat membeli baju karena ada anak-anak yang tidak seberuntung mereka,” tegas Nurul.
Belajar Memutuskan
Tak bisa dipungkiri, cara mengenalkan makna Lebaran pada anak juga tak jarang melalui pembagian angpau dari keluarga besar, terutama untuk anak yang masih kecil. “Pada awal anak belajar berpuasa, pemberian reward cukup efektif. Ia memang akan mengasosiasikan mendapatkan hadiah jika sanggup berpuasa.” Ibaratnya, bila satu hari puasa saja dapat hadiah, apalagi sebulan penuh.
Nah, seiring pertambahan usia, anak akan merasakan bahwa mampu berpuasa penuh adalah pencapaian yang membuat ia puas dan bangga. “Terlebih lagi jika disertai pujian dari orangtua. Maka, seiring waktu, hadiah tidak lagi menjadi sesuatu yang anak harapkan. Melainkan, rasa puas dan bangga,” jelas Nurul.
Pada tahap ini, reward bisa dihentikan secara perlahan. “Awalnya, diberi angpau sejumlah hari anak berhasil puasa penuh, tetapi sekarang dihitung secara global saja misal Rp50.000. Selain itu, anak juga sudah bisa diarahkan untuk menabung sebagian uangnya.”
Pilihan semacam ini akan mengajarkan anak untuk memutuskan sendiri keinginannya dan memperlihatkan bahwa orangtua menghargai uang tersebut adalah miliknya dan bersikap demokratis.
Terakhir, Nurul menjelaskan bahwa puasa Ramadan adalah pengalaman yang bermakna buat anak karena membutuhkan semangat, usaha, dan konsistensi untuk bertahan menjalankan kegiatan berpuasa.
“Puasa juga melibatkan fisik seperti menahan lapar, mengaji, tadarus, salat tarawih, serta siraman rohani seperti menahan marah dan mendapatkan pahala bila berpuasa,” jelas Nurul. Oleh karena itu, pastikan orangtua mewarnai pengalaman berpuasa dan Idul Fitri dengan pengalaman yang menyenangkan bagi anak.
Penulis: Soca Husein