TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cinta sejati biasanya diibaratkan dengan kondisi tak mengenal usia, jarak, maupun perbedaan status sosial.
Baru-baru ini, pernikahan antara perempuan dan laki-laki dengan usia yang terpaut amat jauh menjadi perbincangan publik.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Psikolog Aurora Lumbantoruan, Psi menjelaskan ketertarikan lawan jenis tak melulu berdasarkan fisik dan usia.
Tapi, seperti teori Triangular Love yang dikemukakan Robert Sternberg, komponen cinta terbentu dari 3 hal yaitu passion, intimacy, dan commitment.
Lebih jauh, yang dimaksud passion adalah dorongan/perasaan romantisme, ketertarikan secara fisik, dan ketertarikan seksual.
Intimacy adalah perasaan kedekatan dengan pasangan, bisa berupa adanya pengabdian atau keterikatan maupun dukungan emosional.
Sedangkan komitmen baik dalam jangka pendek maupun panjang adalah janji atau kesediaan untuk setia, kesungguhan untuk memberikan sesuatu pada pasangan (berkorban/kerja keras, waktu, biaya dst).
Nah, kombinasi dari komponen-komponen tersebut menghasilkan tipe cinta.
Meskipun usia terpaut jauh, tapi setiap orang tak bisa memungkiri adanya ketertarikan yang timbul dari pertemuan yang ia alami.
Walaupun si perempuan tak lagi produktif secara seksual (menopause), agaknya ketertarikan fisik maupun seksual bukanlah yang utama.
Merunut pada pernikahan tersebut, Aurora menyebut tipe cinta yang mungkin terjadi di antara mereka adalah companionate love, di mana passion atau dorongan seksual sudah tidak ada lagi tapi ada kedekatan yang sangat dalam, dan juga komitmen.
Namun, budaya di masyarakat kerapkali berbenturan dengan pilihan atau keputusan hidup seseorang.
Termasuk pernikahan dengan beda usia terpaut jauh tersebut.