TRIBUNNEWS.COM - Membahas tentang ladyboy, mereka sudah seperti menjadi identitas bagi Thailand.
Ladyboy adalah sebutan untuk pria yang berpakaian dan berperilaku seperti wanita, kita akrab menyebutnya waria.
Orang Thailand sendiri menyebutnya kathoey, yang berasal dari bahasa Khmer dan berarti anak laki-laki yang juga wanita
Namun pernahkah Anda bertanya mengapa di Thailand jumlah ladyboy sangat banyak?
Melansir theblondtravels.com, di tiap kelas di sekolah di sana setidaknya ada satu ladyboy, pun di pasar penjual buah yang dia wanita cantik namun tangannya agak kasar dan suaranya rendah, dia ladyboy.
Ladyboy dapat ditemui di mana-mana di Thailand.
Mereka biasanya memutuskan mengubah jendernya saat remaja. Obat hormon dapat dibeli tanpa resep dan tersedia di setiap apotek.
Banyak anak laki-laki usia 13-15 tahun yang mulai minum obat tanpa sepengtahuan orang tuanya, mereka ingin terlihat feminim .
Orangtua pun biasanya tidak bereaksi saat anak mereka mulai berperilaku seperti anak perempuan. Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang alami.
Baca: Sindir Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini, Partai Gerindra: Hidup Segan, Mati Tak Mau
Komersialisasi ladyboy juga membuat eksistensi mereka semakin terlihat, festival Ladyboy diadakan untuk menarik para wisatawan.
Di Thailand menjadi 'salah jalur' bukanlah masalah besar. Orang transgender diterima dan ditolerir.
Lalu bagaimana bisa ladyboy ditolerir dalam masyarakat Thailand?
Jawabannya adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Thailand.
Thailand adalah negara Buddhis dengan 80 persen populasi mempraktekkan ajaran Buddha.
Keyakinan mereka entah bagaimana berkontribusi pada beberapa penjelasan ladyboy mengapa mereka ada.
Orang Thailand percaya roh tidak hanya bereinkarnasi, tapi mereka harus melalui surga atau neraka terlebih dahulu, tergantung pada kehidupan apa yang mereka jalani sebelumnya.
Hukuman yang sangat berat menanti mereka yang melakukan pembunuhan atau kejahatan mengerikan lainnya.
Sedangkan bagi mereka yang melakukan dosa kecil seperti prostitusi atau meninggalkan istri yang sedang hamil, akan dihukum dengan terlahir sebagai anak laki-laki yang nantinya akan menjadi anak perempuan.
Orang Thailand percaya bahwa ladyboy adalah orang berdosa, yang ingin menebus dosa-dosa mereka. Sehingga mereka perlu melakukan hal-hal baik di kehidupan keduanya.
Masyarakat Thailand memperlakukan mereka dengan belas kasihan, menganggap mereka telah melakukan dosa di kehidupan sebelumnya dan berusaha untuk menebus dosa-dosanya.
Meskipun begitu, ladyboy tetap mendapat pencerahan agar kembali ke jalan yang benar.
"Kami tidak bisa mengubah semuanya, tapi kami dapat mengendalikan perilaku mereka dan menunjukkan bahwa mereka dilahirkan sebagai pria dan bukan wanita," kata kata seorang bhiksu dalam wawancara untuk The Telegraph.
Beberapa biara menawarkan program khusus, di mana orangtua dapat mendaftarkan anak-anak mereka dan diajari bagaimana menjadi pria lagi.
Ladyboy semdiri hanya diperlakukan sebagai warga kelas dua di Thailand. Mereka tidak diintimidasi, tapi peran utamanya untuk menghibur orang lain.
Mereka bisa menjadi stylist, make up artist, dancer di salah satu kabaret, namun mendapatkan pekerjaan dengan gaji bagus mungkin sangat sulit bagi mereka.