Di sini, mereka membuat biskuit sampai persediaan tepung dan gula habis.
Mereka lalu membuat serta menjual garam dan sabun untuk bertahan hidup.
Setelah Jepang mundur, Keng dan Han kembali ke Singapura dan menjual biskuit buatan sendiri.
Suatu hari Han menemukan mesin pembuat biskuit yang sudah rusak dari pabrik tempat mereka bekerja dulu.
Ia pun menciptakan lini produksi biskuit semiotomatis dengan rantai sepeda.
Mesin ini menggerakkan biskuit dengan sistem konveyor melalui oven bata yang telah diakali.
5. Rupa kaleng tak pernah berubah
Sampai sekarang, kaleng Khong Guan klasik masih sama seperti dulu.
Bentuknya kotak, warnanya merah, dan menampilkan ibu beserta dua orang anaknya di meja makan sedang menyantap biskuit.
6. Gambar di kaleng
Gambar ibu dan dua anak di kaleng Khong Guan memang sangat fenomenal.
Siapa sangka, ada fakta unik di balik ide desain tersebut.
Ternyata, Bernadus Prasodjo, sang pembuat gambar pada kaleng itu bukanlah pemilik ide tersebut.
Ide desain sudah ada di perusahaan, sehingga Bernadus tinggal mengubah dan mewarnai seperlunya saja.