“Saya pencinta film superhero, dan Joker adalah penjahat favorit saya. Jadi saya mengerti bahwa Joker itu bukan badut yang lucu tapi sosiopath, tukang bunuh orang. Jadi jelas bukan untuk anak-anak,” kata Gia.
Menurut dia, film Joker mengisahkan proses pembentukan karakter Joker yang brutal tetapi penuh senyum.
Joker digambarkan sebagai sosok yang melihat dunia penuh dengan orang hipokrit yang menurutnya lucu.
Hal inilah yang dinilai Gia mengkhawatirkan jika ditonton dan ditiru anak-anak.
“Prosesnya kelam, penuh kepedihan, penuh gurauan ironi, dan penuh kekerasan yang sangat apa adanya. Anak-anak baru gede, usia SMP akan paling terkena dampak,” ujar Gia.
Beberapa scene dalam film Joker juga disebut dr. Gia memiliki suasana yang mungkin cenderung familiar di masyarakat seperti adanya ketimpangan kehidupan antara si miskin dan si kaya.
Ia khawatir, film ini membuat anak-anak mencerna atau menyimpulkan bahwa kekerasan itu bisa jadi jawaban atas setiap permasalahan.
“Bila mereka menonton bersama orangtuanya pun, apakah orang tua siap dengan banyak pertanyaan sesudahnya. Seperti apakah membalas bullying itu boleh dan benar untuk dilakukan?” papar Gia.
20 Latihan Soal IPAS Kelas 4 SD BAB 4 Kurikulum Merdeka serta Kunci Jawaban, Perubahan Bentuk Energi
Latihan Soal & Kunci Jawaban Informatika Kelas 10 SMA/MA Materi Informatika dan Keterampilan Generik
Gia mengatakan, sebaliknya, bagi orang dewasa, film ini sangat layak untuk ditonton.
"Cocok untuk mempertanyakan ke diri sendiri apakah kita bagian dari 'sistem masyarakat' yg menciptakan Joker? Atau sudahkah kita berperan di masyarakat untuk mencegah terbentuknya Joker-Joker lain?" kata dia.
Kecenderungan meniru
Senada dengan Gia, Psikolog Anak dari Lembaga Psikologi Annava Solo, jawa Tengah, Maya Savitri mengatakan, film Joker tak layak untuk anak-anak.
“Tidak layak, banyak adegan kekerasannya,” ujar Maya, saat dihubungi secara terpisah, Jumat siang.
Apa efeknya jika anak-anak menyaksikan film ini?