2. Meniru tingkah laku dalam film
Ketika emosi dan pola pikir tokoh dalam film sudah memengaruhi anak, dikhawatirkan perilaku anak secara tidak disadari ikut terpengaruh.
Apalagi jika anak hanya memahami film lewat visual, bukan dari analisa adegan atau tokoh-tokoh di dalamnya.
Padahal, sebuah film diberi kategori restricted karena di dalamnya mengandung unsur kekerasan berdarah-darah, perilaku mengganggu, bahasa, dan/atau gambaran seksual singkat.
"Anak bisa tiba-tiba bertingkah laku atau mengimitasi sifat buruk dari tokoh di film dalam kehidupan sehari-hari," ucap Samanta.
Oleh karena itu, sebaiknya orangtua mampu memberi pengertian mengapa film itu tidak boleh ditonton oleh anak dan menjelaskannya secara rasional.
Wawasan orangtua tentang film juga sangat penting dalam hal penyampaian kepada anak.
Selain dapat menceritakan tentang tokoh-tokoh dalam film tersebut, orangtua juga lebih bisa memilih cara penyampaian yang asyik dan mudah diterima oleh anak.
Hal terpenting, buatlah suasana menjadi tidak terlalu formal dan kaku.
"Ini dapat diceritakan dalam suasana yang informal agar dapat diterima oleh anak lebih legowo," katanya.
Jika anak sudah menonton film rating "R"
Jika anak sudah terlanjur menonton film dengan kategori "R", amatilah perubahan perilaku anak dalam rentang waktu enam bulan setelahnya.
Jika ada perubahan perilaku yang menetap selama enam bulan, segeralah membawa anak untuk berkonsultasi dengan psikolog.
Pastikan perubahan perilaku tersebut tetap berada pada batas normal.
Anak mungkin membutuhkan pertemuan berikutnya, jika memang terlihat ada indikasi perubahan perilaku yang tidak normal.
"Pertemuan berikutnya dapat dilakukan jika dirasakan perlu oleh psikolog setelah pertemuan pertama dengan orangtua," kata Samanta.
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Efek Buruk Membiarkan Anak Nonton Film Rating "R"