"Ada siswa lain yang orangtuanya itu suka mukulin anak, misalnya nggak mau belajar, dipukul, sehingga ketika di sekolah, anak yang mendapat pola asuh kekerasan ini akan memukul temannya yang lain ketika di sekolah," ujar Adib.
"Barangkali pola asuhnya sudah baik, tidak dimanja, kebetulan saja di situ ada siswa yang ketika di rumah dilatih dengan kekerasan sehingga dia mengira penyelesaian masalah di sekolah itu harus dengan kekerasan," sambungnya.
Psikolog dari Bintaro, Jakarta Selatan itu menambahkan, anak yang mendapat pola asuh otoriter dan keras tersebut kemungkinan akan cenderung melakukan kekerasan terhadap temannya, termasuk mengejek, dsb.
2. Anak perlu bermain dengan teman-temannya di usia balita
Adib menjelaskan, orangtua perlu mengajak anak-anaknya yang masih balita untuk bermain keluar.
Hal itu diperlukan agar sang anak dapat berlatih dalam berinteraksi sosial.
"Ketika di usia balita, anak tidak boleh keluar misalnya, anak sering di rumah saja, nanti ketika bertemu dengan teman maka interaksi sosialnya dengan teman itu kurang," jelas Adib.
3. Melatih keterampilan kognitif
Psikolog Anak dan Keluarga itu menuturkan, orangtua harus dapat mengasah seluruh keterampilan anak, termasuk keterampilan berpikir atau kognitif ini.
Menurutnya, keterampilan kognitif seorang anak dapat dilatih dengan mengajaknya bermain puzzle atau lego.
4. Melatih keterampilan bahasa
Selain melatih keterampilan kognitif, orang tua juga perlu mengasah keterampilan bahasa atau keterampilan berbicara seorang anak.
"Melatih anak ngomong, memiliki kosa katanya banyak," ujar Adib.
5. Melatih keterampilan motorik