TRIBUNNEWS.COM - Sudah ada penelitian mengungkapkan masalah kejiwaan tertentu bisa disembuhkan lewat terapi musik.
Terapi musik adalah program terapi yang dijalankan oleh terapis yang kompeten dengan menggunakan musik sebagai sarana penyembuhan seseorang.
Terapi musik yang harus dilakukan seseorang berbeda-beda, mulai dari mendengarkan musik, bernyanyi, menari, hingga menciptakan musik itu sendiri.
Terapi musik ini sudah terbukti secara klinis mampu membantu menangani masalah kejiwaan yang berhubungan dengan penyakit emosional, kognitif, hingga masalah sosial.
Baca: Sendirian Selama Karantina Mandiri? Simak Tips Hindari Perasaan Kesepian Hingga Berujung Stres
Baca: Mengatasi Bau Mulut Saat Jalani Ibadah Puasa
Penelitian menunjukkan terapi ini sangat membantu seseorang yang kesulitan mengekspresikan diri lewat kata-kata.
Siapa saja yang sebaiknya mengikuti terapi musik?
Terapi musik dapat diikuti oleh orang yang mengalami berbagai masalah kesehatan mental, seperti:
- Orang yang sering mengalami kecemasan berlebih, depresi, dan trauma karena kejadian tertentu
- Penderita autisme
- Penderita gangguan jiwa
- Orang yang mengalami kerusakan otak, seperti stroke atau cedera otak traumatis
- Orang yang mengidap penyakit Alzheimer dan demensia.
Bagi orang-orang tersebut, terapi musik terbukti dapat menjadi wadah untuk menyalurkan rasa sakit yang mereka rasakan.
Lewat terapi musik, mereka dapat lebih peka terhadap emosi sekaligus membangun koneksi dengan orang-orang yang mereka sayangi.
Manfaat terapi musik
Terapi musik bukan hanya berguna untuk menyalurkan perasaan terpendam.
Lebih dari itu, penelitian menunjukkan ada manfaat lain yang bisa didapatkan seseorang ketika mengikuti terapi musik, yaitu:
Menghilangkan kecemasan dan rasa mengganjal di dalam pikiran
Penelitian menunjukkan orang yang mendengarkan musik sebelum melakukan operasi memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak melakukannya.
Baca: Gorengan Jadi Menu Favorit Buka Puasa, Bagaimana Meminimalisir Mudaratnya?
Pascaoperasi, orang yang kembali mendengarkan musik juga cenderung tidak merasakan ketidaknyamanan sehingga membutuhkan lebih sedikit obat penghilang rasa sakit dibanding mereka yang tidak melakukannya.