Terapi musik terbukti dapat mengurangi persepsi nyeri, meningkatkan kemampuan penderita untuk mengontrol rasa nyeri tersebut, bahkan mengurangi jumlah obat yang harus mereka konsumsi.
Apa saja yang dilakukan dalam terapi musik?
Terapi musik dapat dilakukan oleh semua umur, bahkan bagi mereka yang buta irama (tone deaf), menderita kelainan mental, atau terlihat sehat.
Terapi musik ini akan menyentuh semua aspek dalam pikiran kita yang kemudian akan memengaruhi cara kerja tubuh, otak, hingga perilaku.
Meski demikian, kegiatan terapi musik bagi satu orang mungkin berbeda dengan lainnya. Namun, pada dasarnya ada dua jenis terapi musik yang biasa dilakukan, yakni:
Terapi kreatif
Balam terapi ini, terapis meminta pasiennya untuk aktif membuat atau memproduksi musik.
Dalam terapi ini, pasiennya akan diminta untuk membuat lagu, mengaransemen musik, atau memainkan alat musik.
Terapi reseptif
Pada terapi ini, terapis mengenalkan pengalaman bermusik pada pasiennya dengan tujuan relaksasi, salah satunya dengan mendengarkan musik.
Dalam terapi reseptif, seseorang juga bisa diajak untuk mendiskusikan perasaan, ide, atau pemikiran mengenai musik tertentu.
Salah satu hal dasar yang membedakan terapi musik dengan sekedar kegiatan bermusik adalah terapis yang mendampingi.
Terapis ini merupakan orang yang sudah tersertifikasi untuk melakukan terapi musik, yakni bisa dari kalangan musisi yang memiliki pengetahuan mendalam soal musik, mulai dari musik elektropop hingga opera.
Pengetahuan ini dibutuhkan sehingga ia mengetahui musik yang dapat menstimulasi kesehatan jiwa dalam diri seseorang.
Terapis harus dapat menentukan musik yang bisa dipakai dalam sesi terapi musik, misalnya musik dengan tempo cepat untuk merangsang memori atau musik relaksasi untuk membantu meditasi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Terapi Musik, Salah Satu Pilihan untuk Menyehatkan Mental