Jumlah Rakaat Salat Tahajud
Minimal atau paling sedikit jumlah rakaat dalam salat Tahajud, yakni dua rakaat.
Sementara itu, tidak ada batasan untuk jumlah terbanyaknya.
Jumlah maksimal salat Tahajud disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pelaksananya.
Melakukan salat Tahajud harus menjadikan shalat terakhirnya salat witir (salat ganjil).
Shalat Tahajud boleh dikerjakan di awal, pertengahan atau akhir malam.
Waktu tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik, pembantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam– mengatakan:
مَا كُنَّا نَشَاءُ أَنْ نَرَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اللَّيْلِ مُصَلِّيًا إِلَّا رَأَيْنَاهُ وَلَا نَشَاءُ أَنْ نَرَاهُ نَائِمًا إِلَّا رَأَيْنَاهُ
“Tidaklah kami bangun agar ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari mengerjakan shalat kecuali pasti kami melihatnya.
Dan tidaklah kami bangun melihat beliau dalam keadaan tidur kecuali pasti kami melihatnya pula.”
Ibnu Hajar menjelaskan,
إِنَّ صَلَاته وَنَوْمه كَانَ يَخْتَلِف بِاللَّيْلِ وَلَا يُرَتِّب وَقْتًا مُعَيَّنًا بَلْ بِحَسَبِ مَا تَيَسَّرَ لَهُ الْقِيَام
“Sesungguhnya waktu shalat malam dan tidur yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbeda-beda setiap malamnya. Beliau tidak menetapkan waktu tertentu untuk shalat.
Namun beliau mengerjakannya sesuai keadaan yang mudah bagi beliau.”