Strategi yang diberikan untuk anak yang kurang percaya diri tidak bisa diterapkan untuk anak yang mencari perhatian. Sebab, semakin sering orangtua memanjakannya, ia akan mengulangi perilakunya itu.
Sesekali abaikan si kecil ketika menangis karena manipulatif. Salah satu cirinya adalah menangis melengking, sambil berguling-guling atau menendang, serta sesekali melirik ke arah orangtua.
Jika diabaikan, ia mungkin akan menangis lebih kencang, namun cobalah untuk tidak bereaksi apapun.
Misalnya, jika dia merengek dan menangis terus-menerus sambil menyela pembicaraanmu dengan orang lain, teruslah berbicara seolah kamu tidak terganggu dengan tangisannya.
Sebaliknya, cobalah mengambil kontrol ketika anak sedang memperhatikanmu. Ini akan dicapai sebagian ketika kamu mengabaikan tangisannya dan justru memberikan perhatian ketika dia sedang tidak mengharapkannya.
Misalnya, setelah 10 menit mengabaikan air matanya sampai dia berhenti menangis, katakan padanya betapa senangnya dirimu bahwa dia tidak membuat keributan lagi.
Kombinasi dua teknik ini pada akhirnya akan mengurangi kebiasaan menangisnya sekaligus bahan pembelajaran bahwa perhatian dapat ditarik dengan cara yang lebih positif.
3. Cemas dan tidak bahagia
Tentu saja, anak menangis mungkin juga merupakan tanda kecemasan dan ketidakbahagiaan.
Misalnya, ketika anak sering mendengar pertengkaran orangtuanya di rumah atau cemburu pada saudara kandungnya.
Namun, dalam keadaan ini dia menangis karena memang menghadapi suatu kondisi sulit.
Cobalah untuk mengetahui penyebab ketidakbahagiaannya dengan mengamati perilakunya dan berbicara dengannya. Setelah titik stresnya berkurang, mereka mungkin akan berhenti menangis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cara Hadapi Anak yang Gampang Menangis