News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Strategi Bertahan Pebisnis Fashion di Tengah Pandemi

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Arif Hidayat, CEO dan founder Livehaf.

TRIBUNNEWS.COM - Pandemi Covid-19 memukul berbagai sektor bisnis. Banyak sektor usaha mengalami penurunan bahkan tutup lapak terimbas pandemi. Namun, ada juga yang mampu bertahan. Brand fesyen Livehaf misalnya.

Meski juga ikut terpukul, namun masih dapat membayarkan gaji karyawan tanpa pengurangan sama
sekali. Bagaimana cara bertahan di tengah pandemi?

Arif Hidayat, CEO dan founder Livehaf menyebut, adaptasi pada kondisi pasar menjadi satu strategi yang bisa dilakukan.

"Livehaf tetap sustain di kondisi sekarang karena menyediakan barang yang harganya cukup terjangkau, dan kami beradaptasi dengan masuk ke marketplace juga. Saya berharap merek fashion Indonesia bisa menjadi nomor 1 di dunia mengalahkan merek ternama, karena sebagian besar merek ternama di luar negeri tersebut juga banyak diproduksi di Indonesia," tambahnya.

Meski situasi sedang sulit, dia mengaku inovasi harus tetap dilakukan, Livehaf berencana memperluas pangsa pasarnya ke pakaian wanita dan melengkapi produknya. 

Baca: Ini Strategi OLX Bertahan dari Paparan Pandemi di Bisnis Jual-Beli Mobil

Apalagi 25% pembeli Livehaf sekarang adalah wanita, ia bersemangat untuk mengembangkan produknya di segmen ini.

"Di new normal yang tidak menentu ini, kami akan membuat tempat produksi sendiri agar bisa menekan harga produksi. Harapannya, harga bisa lebih terjangkau karena di kondisi ekonomi yang tidak menentu, pelanggan lebih pemilih dan berhati-hati ketika berbelanja," kata Ari.

Baca: Traveloka Tawarkan Strategi Promosi untuk Para Mitranya di Sektor Pariwisata

Jaga Kepercayaan Itu Penting

Sebelum memulai bisnis Livehaf, Arif pun telah mencoba berbagai bisnis lainnya namun tidak berhasil. Di awal meniti karirnya, Arif mendapatkan pelajaran bahwa harus lebih berhati-hati dalam menaruh kepercayaan.

"Dulu awalnya memulai bisnis dari ikan hias, hanya Rp 200.000 sebulan, dengan keuntungan Rp 70.000-an saja karena memang belum mengerti apa-apa pada saat itu," kenangnya.

Pakai Riset

Pada 2015. Livehaf yang awalnya hanya menyediakan t-shirt sablon,sekarang telah mengembangkan produknya hingga tas dan sepatu.

Dengan keuletan dan ketekunannya, Arif membawa Livehaf yang semula hanya dipasarkan melalui Instagram hingga masuk ke marketplace dan lebih dekat dengan konsumennya.

Baca: Lagi Cari Hatchback Seken? Ini Update Harga Terbaru Mobkas Honda Jazz, Toyota Yarus dan Suzuki Swift

Menurutnya, kualitas Livehaf tidak kalah dari brand luar negeri, karena beberapa tempat produksinya juga memproduksi brand luar yang harganya jauh lebih mahal. Agar kompetitif di pasar, Livehaf menjual produknya 70% lebih terjangkau dan  menggratiskan ongkir se-Indonesia dari Aceh hingga Papua dengan nilai pembelian tertentu.

Baca: Smartphone dari Black Market Masih Bisa Digunakan Meskipun Ada Aturan Blokir IMEI, Ini Alasannya

"Kami menawarkan penukaran size secara gratis jika produk kebesaran atau kekecilan dan kami memberikan garansi uang 100% jika produk yang dipakai tidak cocok. Jadi hampir tidak ada risiko belanja di Livehaf," kata Arif.

Baca: Trik Membeli Mobil Bekas Agar Tak Tertipu dan Salah Pilih yang Bikin Nyesel

Livehaf menjual pakaian daily wear untuk pria dan wanita, dengan range harga yang terjangkau Rp 49.000 - 250.000. Dengan kualitas yang bagus, produknya pun diterima dengan baik di pasar. Hal ini dibuktikan dengan pengembangan produk yang dilakukan dan pertumbuhan bisnis Livehaf sebesar tiga digit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Livehaf bisa di posisi ini dengan selalu melakukan riset terlebih dahulu. Mencari uang itu susah, maka saya berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini