"Saya salah satu anak dari pedalaman Papua yang bisa mendapat kesempatan untuk bersekolah di Jayapura."
"Lalu saya dapat beasiswa lagi ke Jakarta," ungkap Neas.
Baca: Faktor Pendidikan Dinilai Hambat Kemajuan SDM di Papua
Di kampung halamannya, di dasa Tangma Kabupaten Yahukimo, Wamena, sulit mendapatkan listrik dan sinyal.
Bahkan, keluarganya baru mengetahui kabar Neas ke Jakarta setelah dua tahun dirinya berkuliah.
"Waktu saya kuliah ke Jakarta orang tua saya tidak tahu, karena di kampung saya tidak ada listrik dan sinyal."
"Baru sekitar dua tahun sejak saya kuliah mereka baru tahu," tuturnya.
Neas pun menceritakan pengalaman saat bersekolah di kampung halamannya.
Ia mengaku hanya memiliki satu guru saat sekolah dan tidak memiliki buku untuk dibaca.
"Waktu saya SD, kami hanya memiliki satu guru disana dan tidak memiliki buku untuk dibaca."
"Karena kondisi kami di pedalaman, jadi kondisi semuanya serba sederhana dan tidak lengkap (fasilitasnya, red)," jelasnya.
Baca: Penerapan Otonomi Khusus Kurang Tepat Sasaran Akibatkan Masyarakat Papua Tidak Kunjung Sejahtera
Oleh karena itu, dirinya jarang sekali menghubungi keluarganya di kampung.
Namun, saat ini di kampung halamannya sudah ada sinyal.
Meski harus menaiki pegunungan di Wamena terlebih dahulu.
"Sekarang mama bisa telepon saya tapi dia naik gunung dulu."
"Saya jarang sekali telepon, tapi mereka yakin saya akan sehat-sehat dan menjalani semuanya dengan baik, saya yakin mereka suport," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)