Utamanya untuk melabeli kegiatan merebut pasangan orang merupakan perilaku yang tidak baik dalam kacamata norma masyarakat.
"Supaya pelakor ini mendapatkan stempel negatif, sehingga kalau ada yang mau jadi pelakor mereka bisa berpikir 2 kali sebelum melakukannya."
"Karena alasan itu, masyarakat memberikan dukungan penuh, supaya kembali ke pasangan masing-masing dan jangan jadi pelakor," imbuhnya.
Pria yang juga berpraktik di Klinik Terapi Anak Dewasa YPPI Pondok Aren, Tangerang Selatan menjelaskan ada maksud tersirat dari viralnya postingan viral.
Yakni memberikan pesan kepada masyarakat lain untuk melakukan hal yang benar saat mencari pasangan.
"Kalau merebut pasangan orang karena faktor ekonomi, ya cari uang dengan cara baik lah."
"Jangan ganggu rumah tangga orang lain," tegasnya.
Baca: Kasus Perselingkuhan ASN di Medan, Istri Sah Ardy Disebut-sebut Malah Meminta Maaf Pada Pelakor
Kenapa Pelakor itu Muncul?
Menurut Adib pada hakikatnya manusia ingin menjadi baik dan menjalani kehidupan di atas garis yang lurus.
Termasuk tidak mau berselingkuh dan mengkhianati perasaan pasangannya.
Namun karena ada sejumlah kondisi tertentu, membuat seseorang terdorong untuk melakukan aksi merebut pasangan orang lain.
Untuk memudahkan, Adib kemudian memberikan kondisi-kondisi yang dapat memunculkan perilaku untuk menjadi pelakor
"Misalkan suami mau lurus-lurus aja, tapi saat di rumah dicerewetin istrinya dan terlalu posesif, akhirnya si suami selingkuh."
"Atau istri terlalu memberikan kepercayaan 100 persen, maka disalahgunakan sama suami."
"Misalnya juga suami sibuk kerja, hanya memikirkan materi. Istrinya tidak mendapatkan perhatian dan merasa tidak dihargai. Sehingga istri mencari sosok yang bisa menghargai di luar rumah," urai Adib.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)