Padahal, para wanita yang baru menjadi ibu sebenarnya membutuhkan banyak masukan.
Namun, apabila yang ia terima berupa mom shaming, yang justru memojokkan dirinya, Citra mengatakan, hal itu bisa membuat seorang ibu menjadi merasa tidak percaya diri dalam mengasuh anaknya.
"Si korban ini kalau biasanya ibu baru ya, ibu baru kan banyak perlu masukan, jadi kalau dapat masukan seperti itu misal dari orang-orang terdekat atau saudara yang lebih tua, kakak, ibu, dia akan merasa bersalah, dia jadi nggak percaya diri ngasuh anak, malah jadi bingung," kata Citra.
"Jadi untuk pengasuhan dan rencananya ke depan untuk sang anak, yang tadinya sudah ditata, justru jadi nggak percaya diri," tambahnya.
Selain itu, Citra mengatakan, seseorang yang mengalami mom shaming juga dapat merasa tertekan hingga stres.
"Korban bisa menjadi tertekan dan merasa stres karena merasa tidak berperan dengan baik sebagai ibu," ujarnya.
Mom Shaming Datang dari Orang Terdekat
Citra menyebutkan, mom shaming seringkali justru berasal dari kalangan orang-orang terdekat.
Menurut Citra, kalangan terdekat seperti ibu kandung, ibu mertua, saudara, hingga teman, terkadang terkesan ingin mengatur pola pengasuhan.
"Yang melakukan mom shaming itu biasanya justru orang-orang sekeliling, orang-orang terdekat."
"Misalnya teman sendiri, saudara, ibu, atau bahkan ibu mertua, itu mungkin kesannya paling ngerti, paling paham, dan kesannya pengin ngatur juga tentang pengasuhan anak kita," ujar Citra.
Padahal, menurut Citra, yang lebih mengerti seorang anak adalah ibu kandungnya sendiri.
Terlebih, apabila sang ibu pun telah mengkonsultasikan masalah kesehatan dan perkembangan si buah hati pada dokter.
"Yang paling ngerti kebutuhan anak kita sebenarnya ibu."