Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani meminta pemerintah menggiatkan sosialisasi dan upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) secara luas kepada masyarakat tentang pentingnya asupan makanan bergizi sejak usia anak dalam kandungan.
Ini untuk menyadarkan masyarakat dalam menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang seperti stunting dan gizi buruk.
“Apalagi di masa Pandemi Covid-19 saat ini, itu tidak bisa menggugurkan kewajiban pemerintah untuk menjangkau dan membina serta memberikan pelayanan bagi seluruh masyarakat,” ujar Netty Prasetiyani dalam keterangan pers, Sabtu (25/7/2020).
Baca: Keluarga Berperan Turunkan Beban Masalah Gizi Anak
Karenanya, kata Netty, perlu untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang pengasuhan yang benar dan tepat bagi anak-anak sesuai tahapan pekembangannya.
Misalnya dalam hal pemberian susu kepada anak-anak, menurut Netty, banyak orang tua yang sering salah memahaminya.
Masih banyak para orangtua, utamanya dari masyarakat tidak mampu, itu menganggap susu kental manis sebagai pilihan tepat bagi anaknya.
Pertimbangan mereka memilih susu kental manis kebanyakan karena alasan harga yang relatif lebih murah, mudah disimpan dan tidak cepat basi dibandingkan susu formula.
Baca: Susu Kental Manis Bukan Susu Bernutrisi untuk Pertumbuhan dan Pemenuhan Gizi Anak
“Padahal, meski bernama susu, ternyata dampaknya tak semanis rasanya,” ucap Netty.
Kenapa itu bisa terjadi, menurut Netty, karena rendahnya literasi masyarakat tentang pola asupan gizi bagi tumbuh kembang bayi dan anak.
Hal itu diperparah lagi oleh iklan-iklan yang membombardir pilihan masyarakat.
Netty mengatakan sesuai dengan tahapan pertumbuhannya, anak yang usianya di bawah satu tahun dianjurkan untuk diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan, bahkan dianjurkan untuk disempurnakan hingga usia dua tahun.
“ASI adalah cairan emas yang Tuhan siapkan sebagai makanan terbaik anak sebelum diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI),” ujarnya.
Memang, susu di dalam konteks makanan anak usia batita dan balita adalah sebagai sumber kalsium dan sumber protein dengan asam amino esensial yang lengkap.
“Namun, bukan berarti susu kental manis yang menjadi pilihan, mengingat ada sejumlah dampak atau bahaya yang ditimbulkan,” katanya.
Netty menambahkan susu kental manis (SKM) adalah susu yang dibuat dengan melalui proses evaporasi atau penguapan dan umumnya memiliki kandungan protein yang rendah.
Selain diuapkan, susu kental manis juga diberikan added sugar (gula tambahan).
Hal ini menyebabkan susu kental manis memiliki kadar protein rendah dan kadar gula yang tinggi.
Menurutnya, kadar gula tambahan pada makanan untuk anak yang direkomendasikan oleh WHO tahun 2015 adalah kurang dari 10% total kebutuhan kalori.
“Jadi, susu kental manis tidak boleh diberikan pada bayi dan anak, karena memiliki kadar gula yang tinggi dan kadar protein yang rendah, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan anak-anak yang mengkonsumsinya,” tutur Netty.
Jika ada yang masalah dalam pemberian ASI, menurut Netty, ada beberapa referensi yang merekomendasikan ASI donor yang telah terbukti aman atau susu formula bayi.
Dia menyarankan untuk pemberian susu, selain ASI sendiri sebaiknya orang tua berkonsultasi kepada tenaga kesehatan, seperti dokter atau bidan agar dapat menjatuhkan pilihan yang tepat.