"Kita analisa dulu bagaimana kondisi yang sebenarnya. Kita harus punya prinsip dan sudut pandang yang benar, yang bisa kita pertanggungjawabkan," terangnya.
Baca: Ramai Pernyataan Shandy Aulia yang Beri MPASI di Usia 4 Bulan, Bagaimana Pemberian MPASI yang Tepat?
Pasalnya, Nina mengatakan, terkadang seseorang justru tidak peka bahwa dirinya sedang diingatkan.
Oleh karenanya, logika dan kepala dingin perlu dilatih untuk mampu menghadapi komentar orang lain secara bijak.
"Kadang karena rentan shaming, kita malah nggak peka kalau kita sedang diingatkan oleh saudara atau sahabat kita."
"Jadi harus terus melatih logika dan kepala dingin supaya tidak reaktif."
"Karena kalau kita bereaksi saat emosi, biasanya hasilnya tidak baik," kata Nina.
Mom Shaming Dapat Dikendalikan
Nina mengatakan, mom shaming sebenarnya dapat dikendalikan dengan membiasakan diri berpikir secara logis dan ilmiah.
"Kalau menurut saya, mom shaming ini bisa dikendalikan jika kita terbiasa untuk berpikir logis dan ilmiah."
"Artinya, apapun yang kita katakan sebaiknya ada dasar ilmunya. Tidak sekadar berbicara, tidak sekadar mengomentari," ujarnya.
Namun, menurut Nina, hal ini memang masih kurang banyak diasah di sekolah-sekolah.
Sehingga, kemampuan untuk mengendalikan emosi, amarah, hingga rasa kecewa masih sangat minim.
"Sayangnya kemampuan seperti ini tidak begitu banyak diasah di sekolah karena sekolah dari beberapa dekade ini sudah mulai arahnya ke nilai rapor."
"Sehingga, kemampuan, skill diri untuk mengendalikan emosi, amarah, rasa kecewa itu sangat minim diakomodir di sekolah-sekolah," kata dia.