"Tapi kalau tidak konsisten, nanti perilaku anak jadi hilang kalau tidak ada reward-nya," jelas Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (5/9/2020).
"Makanya orang tua dalam memainkan reward itu, intinya reward adalah sekecil mungkin tapi perilaku yang berubah sebesar mungkin, terus dilakukan secara konsisten, secara tegas," tambahnya.
Adib menambahkan, orang tua perlu mengubah reward yang diberikan ketika tujuannya telah tercapai.
Baca: Viral Sindiran Revina VT di Twitter terkait Ketiak Hitam, Begini Tanggapan Psikolog dan Pakar Gender
Ia menyarankan, orang tua dapat mulai menggantinya dengan motivasi internal yang mampu menumbuhkan kesadaran pada anak.
"Ketika perilaku yang dituju sudah bisa dicapai, maka kurangi reward itu secara bertahap atau ganti reward yang sifatnya motivasi internal, yang mengingatkan dia untuk sadar bahwa dia mau belajar," terang Adib.
Sementara itu, Adib menjelaskan, memberikan reward berupa uang dengan cara seperti yang ada dalam unggahan viral itu lebih cocok untuk anak usia TK hingga kelas 4 SD.
"Karena anak-anak di usia ini butuh berpikir konkret," lanjutnya.
"Begitu kelas 5 SD ke atas, bagusnya reward-nya lain, reward tentang cita-cita ke depan, (katakan) kalau jadi anak baik, anak nurut, nanti sukses, kalau berbuat baik sama orang lain nanti masuk surga misalnya." sambung Adib.
Baca: VIRAL Utas Fetish Kaki Berkaus Kaki, Pengunggah Mengaku Didesak Kirim Foto, Psikolog Beri Tanggapan
Adib melanjutkan, ketika anak sudah mulai SMA, maka sebaiknya orang tua memberi reward tentang konsep-konsep kesuksesan ke depan, kebaikan-kebaikan untuk menggapai surga, dan sebagainya.
Lebih lanjut, Adib menyebutkan, anak-anak harus tetap dikenalkan dengan aturan supaya mengerti hal yang benar dan salah.
Oleh karenanya, diperlukan peran orang tua dalam membangkitkan anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang baik.
"Tergantung orang tua bagaimana membangkitkan anak-anak sehingga anak-anak ini menjadi pribadi yang memiliki kebiasaan-kebiasaan yang positif, tentunya tidak melakukan kebiasaan yang negatif," kata Adib.
"Soalnya anak kalau tidak ada aturan, yang terjadi adalah tindakan negatif, dan ketika dia melakukan tindakan negatif, dia tidak tahu kalau salah," tambahnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)